====================
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 115
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
FREE TAG !!! Silahkan tinggalkan Like & Komentar
@[273425049430283:]
“Cepat jelaskan apa yang telah terjadi.” Ucap
Phinks yang telah datang bersama dengan
yang lainnya, Shalnark dan Feitan.
“Tadi sempat terjadi pemadaman listrik.” Ucap Shizuku.
“Dan mereka menggunakan kesempatan itu
untuk menculik.” Lanjut Nobunaga.
“Lalu, pemuda berantai itu menunjukan surat
ini.” Kortopi menyerahkan suratnya.
Teks Version by www.Beelzeta.com
@[273425049430283:]
“Kalau kau memberitahukan apa yang sudah
kau baca dari pikiran mereka, aku akan
membunuhnya.” Phinks membaca surat itu.
“Kenapa kalian tak segera mengejarnya?”
Feitan bertanya.
“Paku dan Machi terluka.” Jawab Nobunaga.
“Jadi?”
“Dia dikawal Hunter Profesional, dan mereka
berdua memiliki kemampuan bertarung yang
cukup hebat.” Ucap Killua, yang berada di
cengkraman Nobunaga.
“Yah, sebenarnya kami berdua juga Profesional.” Ucap Gon dalam hati.
“Jadi?”
“Berpikir mengenai makna dari surat ini, itu
adalah bukti kalau sandera ini bernilai!” Ucap
Nobunaga. “Kalau kita membiarkan mereka
lolos, semuanya akan berakhir. Sepertinya ia
adalah seorang yang menangkap dan
membunuh Uvo, pemuda berantai, orang
yang sulit kalau dilawan sendirian.”
“Sepertinya?”
“Sudah ku bilang kan, tadi ada pemadaman
listrik! Dan saat listriknya menyala, Ketua
telah menghilang! Dan lagi, kami berada
dalam posisi yang tak bisa bergerak.”
“Haha, aku sama sekali tak mengerti dengan
ceritamu.” Ucap Feitan.
“Baiklah, kita akan mengurus ini nanti ...
Sekarang yang paling penting adalah
mengaturnya.” Ucap Shalnark.
“Dari sini, kita bersama, kita akan mengejar
ketua dan tetap melindungi yang terluka.
Dan kalau kita bisa menemukan mobil yang
membawa ketua ...”
Tiba-tiba telepon Phinks berdering.
“Panggilan dari ketua? Hallo ...” Telepon itu
datangnya dari ponsel Kuroro, yang ternyata
dipakai oleh Kurapika.
“Aku akan memberi tiga instruksi yang harus
kalian patuhi.” Ucap Kurapika.
“Apa kau si pemuda berantai?”
“Ikuti saja instruksi yang akan aku katakan.
Jika tidak, aku akan membunuh orang yang
sedang duduk terikat di sebelahku, bos
kalian.”
Phinks mendengar dengan seksama.
“Pertama, jangan mengikuti kami ...
Kedua, jangan menyakiti sanderanya lebih
dari keadaan mereka sekarang ...
Ketiga, berikan teleponnya pada Paku.”
“Sebelum itu bolehkah aku mengatakan
sesuatu padamu?”
“Apa?”
“Sebelum kami datang, sanderanya sudah
terluka sangat parah, meronta-ronta, dengan
banyak retakan dan patah di tubuh mereka.”
Phinks menggertak, padahal Gon dan Killua
baik-baik saja.
“Kalau begitu, negosiasinya berakhir.”
Tuuut ...
Kurapika menganggapnya serius dan langsung mematikan teleponnya.
“Eh??” Buru-buru Phinks menelepon lagi.
“Apa lagi?”
“Maaf, tadi aku cuma bercanda, mereka baik-
baik saja.” Ucapnya.
“Kau, aku tak akan memberi kalian kesempatan kedua, aku sudah memperingatkanmu, cepat dan serahkan teleponnya pada Pakunoda.”
“Pakunoda, ini.” Phinks menyerahkannya pada Paku.
Sementara itu Nobunaga, ia melepas Killua
dan menyerahkannya pada Kortopi, “Kortopi, tolong jaga dia sebentar.”
Nobunaga mendekat ke Phinks.
“Huh, orang itu benar-benar tak punya selera
humor.” Ucap Phinks dengan santainya. Dan
saat menghadap ke samping,
Plakkk!!
Kompak Nobunaga dan Paku menghantam
kepalanya.
“Apa kau sudah gila hah!!?”
“Idiot!! Jangan bermain dengan nyawa ketua!!”
“Aku tak menyangka kalau dia akan mematikan teleponnya.” Ucap Phinks.
“Hallo?” Pakunoda menghubungi Kurapika.
“Pertama-tama, aku ingin hanya kau yang
mendengar percakapan ini, isolasi dirimu.”
Pakunoda memperdengarkan kalimat
Kurapika itu pada yang lainnya dan merekapun mengerti. Pakunoda kini telah
berada di tempat yang sepi, tak ada siapapun.
“Kau sempat menyentuh seseorang bernama
Scuwala, benar?”
“Ya.”
“Dengan membaca itu kau tahu siapa
Senritsu, benar?”
“Ya.”
“Kalau begitu, aku akan langsung saja ...
kau sudah mengerti kan, kalau kau tak akan
bisa berbohong ...
Pertama-tama, aku melarangmu berkomunikasi dengan rekan-rekanmu.” Ucap
Kurapika, “Entah dengan berbicara, kode
rahasia, apapun itu, aku sudah memperingatkanmu. Dan lalu, aku ingin kau
menemui kami, sendirian. Kalau kami mendeteksi sedikit saja gerakan mencurigakan, aku akan membunuh bos
kalian, mengerti? Sekarang, berikan telepon
ini ke salah seorang rekanmu. Tapi, jangan
yang tadi itu.”
Pakunoda lalu menghampiri kembali rekan-
rekannya dan menyerahkan teleponnya pada
Nobunaga, dengan tanpa berbicara.
“Ng? Untukku?” Nobunaga mengambilnya,
“Ya, akan ku dengarkan baik-baik.” Ucap Nobu ke Kurapika.
“Aku akan bertemu dengan Pakunoda, dia
harus sendirian, kalian tetaplah tinggal di
tempat kalian. Kalian semua berkumpulah di
suatu tempat bersama dengan sandera.
Kalau kau sudah mengerti, berikan lagi
teleponnya pada Pakunoda, dan siapkan satu
lagi telepon lain. Aku akan menggunakannya
untuk menghubungi kalian di waktu yang
belum ditentukan. Dan saat itu, kalau ada
yang kurang dari kalian, aku akan membunuh boss kalian.”
“Aku mengerti.” Jawab Nobu.
“Sekarang cepat berikan pada Pakunda.”
“Paku ...” Nobunaga menyerahkan
teleponnya.
“Hallo?”
“Tempat pertemuannya, aku ulangi sekali
lagi, datanglah sendiri, tempatnya adalah ...
Ringo Airport, sebelum jam delapan ini.” Ucap
Kurapika.
Lalu tanpa berpamitan, Pakunodapun keluar
dari hotel, menuju tempat yang dijanjikan.
Shalnark, Phinks, dan Feitan hendak mengikuti. Namun seperti apa yang sudah
disampaikan, Nobunaga menghentikan
mereka, “Tunggu!! Pemuda berantai bilang
agar kita semua kembali ke markas kita, dan
membiarkan Pakunoda pergi sendiri.”
“Apa maksudmu hah? Apa kau sakit? Apa
yang salah denganmu?” Phinks tak mengerti.
“Eh? Kaulah yang tidak mengerti!!!” Nobunaga mencengkram leher baju Phinks,
“Kalau kita mengabaikan perintahnya, dia
akan membunuh ketua!!”
“Kau bisu ya? Kalaupun ia melakukan itu,
selanjutnya kita tinggal membunuhnya.” Ucap Phinks.
“Ketua sendiri bilang begitu kan, Ryodan
adalah prioritas utama.” Tambah Feitan. “Cara berpikirmu, itu bertentangan dengan
Ryodan.”
“Mengikuti Paku adalah hal yang harus kita
lakukan sekarang.”
“Aku setuju.” Ucap Shalnark, “Tak ada artinya
kalau kita membiarkan Paku pergi sendirian.
Kalau kita mengikuti instruksi pemuda
berantai, yang terjadi hanya akan seperti
pada prediksinya.”
“Tapi, aku memiliki pemikiran yang sama
dengan Nobunaga.” Ucap Machi, “Sekarang
ini, kita harus tetap mengikuti kata-katanya.”
“Aku juga.” Ucap Kortopi.
“Sekarang? Sampai kapan? Sampai setengah
dari kita tewas? bagaimana pendapatmu,
Shizuku?”
Tiga Ryodan setuju untuk mengejar, sementara tiga setuju untuk mengikuti
perintah, hanya Shizuku yang belum memberi pendapat.
“Ngomong-ngomong, bertengkar dalam Ryodan itu dilarang kan?” Ucap Shizuku.
“Iya sih, tapi sebelum itu, kami hanya ingin
tahu pendapatmu.” Ucap Phinks.
“Ku rasa, aku setuju dengan Nobunaga.” Ucap
Shizuku.
“Aku tak mau ketua mati sekarang, juga Paku
tentunya ...
Itu juga pasti apa yang dia pikirkan. Kalau
tidak, dia tak akan pergi tanpa kata-kata
seperti itu.”
“Huh, sepertinya memang mustahil untuk
mendiskusikan hal ini ...
Aku ingin menghancurkan segalanya, tapi
Pakunoda adalah yang paling penting sekarang.” Phinks tetap bersikeras.
“Tunggu.” Nobunaga bersiap, “Sekali saja
melangkah lagi, aku akan menarik pedangku.”
“Oh, kau mau mencobanya?” Phinks
menerima tantangan Nobu.
Namun tiba-tiba.
Buakk ...
Shizuku menghantam kepala Nobunaga
dengan penghisap debunya dari belakang
hingga pingsan, “Pertengkaran serius antar
anggota dilarang di Ryodan.” Ucapnya.
“Bukannya kau berada di sisinya ya? Kenapa
kau malah memukulnya?” Phinks tak
mengerti.
“Dengan pendapatnya, ya ...
Tapi tidak dengan melanggar aturannya.
Melanggar aturan sama saja dengan
melanggar Ryodan itu sendiri, dan secara
tidak langsung melanggar ketua. Dan, aku
tak mau melakukan itu.” Ucapnya.
Tuut ...
Tiba-tiba ponsel Shalnark berdering.
“Dari ponsel ketua?”
“Serahkan padaku.” Pinta Phinks.
“Hall...”
“Serahkan teleponnya pada sandera.”
Phinks menyerahkannya pada Killua.
“Apa mereka semua masih disana?”
“Ya.” Jawab Killua, “Mereka sedang berdebat
tentang mengikuti Pakunoda atau tidak.”
“Hallo!?” Phinks mengambil kembali
teleponnya.
“Aku akan menjelaskan sesuatu padamu.”
Ucap Kurapika.
“Disini, kami memiliki seseorang yang bisa
mendeteksi kebohongan. Itu juga kenapa
Pakunoda mau datang dengan tenang saat
aku memintanya. Kalau kau mau, kau bisa
saja melakukannya pada sandera, tapi
sebagai gantinya bos kalian mati, itu saja.
Waktu kalian tiga puluh menit untuk kembali
ke markas kalian.”
Tuuut ...
Kurapika mematikan teleponnya.
“Sial!!”
“Jadi percuma juga kalau kita mengikutinya?”
“Sial!!!”
----- Hunter x Hunter Chapter 115 -----
@[273425049430283:]
Di markas, ketiga Ryodan lainnya telah
menunggu, Franklin, Bonolenov, dan Hysoka,
dan mereka telah mengetahui kabar ini.
“Jadi mereka bertujuh akan kembali kemari
ya ...”
“Kalau kita semua tak berkumpul disini, ketua akan mati ...
Dia menggunakan sandera sebagai penengah.“
“Mereka bukan orang bodoh.” Ucap Franklin.
Sementera itu di sisi Hysoka, “Kalau aku
meninggalkan tempat ini, aku memiliki
kesempatan untuk melawan Kuroro. Tapi
kalau aku tak ada disini, dia akan dibunuh.
Dengan kata lain, aku terjebak disini.” Pikir
Hysoka, dan lalu kemudian mengirim pesan
singkat pada seseorang, Illumi, kakak Killua,
yang isinya kurang lebih, “Aku butuh bantuanmu.”
“Baiklah.” Jawab Illumi, “tapi meskipun aku
sudah mengenalmu jauh sebelum Kuroro, aku
tak akan membantu secara gratis.”
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 116
Jangan Lupa Klik Link diBawah dan Bagikan.
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 115
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
FREE TAG !!! Silahkan tinggalkan Like & Komentar
@[273425049430283:]
“Cepat jelaskan apa yang telah terjadi.” Ucap
Phinks yang telah datang bersama dengan
yang lainnya, Shalnark dan Feitan.
“Tadi sempat terjadi pemadaman listrik.” Ucap Shizuku.
“Dan mereka menggunakan kesempatan itu
untuk menculik.” Lanjut Nobunaga.
“Lalu, pemuda berantai itu menunjukan surat
ini.” Kortopi menyerahkan suratnya.
Teks Version by www.Beelzeta.com
@[273425049430283:]
“Kalau kau memberitahukan apa yang sudah
kau baca dari pikiran mereka, aku akan
membunuhnya.” Phinks membaca surat itu.
“Kenapa kalian tak segera mengejarnya?”
Feitan bertanya.
“Paku dan Machi terluka.” Jawab Nobunaga.
“Jadi?”
“Dia dikawal Hunter Profesional, dan mereka
berdua memiliki kemampuan bertarung yang
cukup hebat.” Ucap Killua, yang berada di
cengkraman Nobunaga.
“Yah, sebenarnya kami berdua juga Profesional.” Ucap Gon dalam hati.
“Jadi?”
“Berpikir mengenai makna dari surat ini, itu
adalah bukti kalau sandera ini bernilai!” Ucap
Nobunaga. “Kalau kita membiarkan mereka
lolos, semuanya akan berakhir. Sepertinya ia
adalah seorang yang menangkap dan
membunuh Uvo, pemuda berantai, orang
yang sulit kalau dilawan sendirian.”
“Sepertinya?”
“Sudah ku bilang kan, tadi ada pemadaman
listrik! Dan saat listriknya menyala, Ketua
telah menghilang! Dan lagi, kami berada
dalam posisi yang tak bisa bergerak.”
“Haha, aku sama sekali tak mengerti dengan
ceritamu.” Ucap Feitan.
“Baiklah, kita akan mengurus ini nanti ...
Sekarang yang paling penting adalah
mengaturnya.” Ucap Shalnark.
“Dari sini, kita bersama, kita akan mengejar
ketua dan tetap melindungi yang terluka.
Dan kalau kita bisa menemukan mobil yang
membawa ketua ...”
Tiba-tiba telepon Phinks berdering.
“Panggilan dari ketua? Hallo ...” Telepon itu
datangnya dari ponsel Kuroro, yang ternyata
dipakai oleh Kurapika.
“Aku akan memberi tiga instruksi yang harus
kalian patuhi.” Ucap Kurapika.
“Apa kau si pemuda berantai?”
“Ikuti saja instruksi yang akan aku katakan.
Jika tidak, aku akan membunuh orang yang
sedang duduk terikat di sebelahku, bos
kalian.”
Phinks mendengar dengan seksama.
“Pertama, jangan mengikuti kami ...
Kedua, jangan menyakiti sanderanya lebih
dari keadaan mereka sekarang ...
Ketiga, berikan teleponnya pada Paku.”
“Sebelum itu bolehkah aku mengatakan
sesuatu padamu?”
“Apa?”
“Sebelum kami datang, sanderanya sudah
terluka sangat parah, meronta-ronta, dengan
banyak retakan dan patah di tubuh mereka.”
Phinks menggertak, padahal Gon dan Killua
baik-baik saja.
“Kalau begitu, negosiasinya berakhir.”
Tuuut ...
Kurapika menganggapnya serius dan langsung mematikan teleponnya.
“Eh??” Buru-buru Phinks menelepon lagi.
“Apa lagi?”
“Maaf, tadi aku cuma bercanda, mereka baik-
baik saja.” Ucapnya.
“Kau, aku tak akan memberi kalian kesempatan kedua, aku sudah memperingatkanmu, cepat dan serahkan teleponnya pada Pakunoda.”
“Pakunoda, ini.” Phinks menyerahkannya pada Paku.
Sementara itu Nobunaga, ia melepas Killua
dan menyerahkannya pada Kortopi, “Kortopi, tolong jaga dia sebentar.”
Nobunaga mendekat ke Phinks.
“Huh, orang itu benar-benar tak punya selera
humor.” Ucap Phinks dengan santainya. Dan
saat menghadap ke samping,
Plakkk!!
Kompak Nobunaga dan Paku menghantam
kepalanya.
“Apa kau sudah gila hah!!?”
“Idiot!! Jangan bermain dengan nyawa ketua!!”
“Aku tak menyangka kalau dia akan mematikan teleponnya.” Ucap Phinks.
“Hallo?” Pakunoda menghubungi Kurapika.
“Pertama-tama, aku ingin hanya kau yang
mendengar percakapan ini, isolasi dirimu.”
Pakunoda memperdengarkan kalimat
Kurapika itu pada yang lainnya dan merekapun mengerti. Pakunoda kini telah
berada di tempat yang sepi, tak ada siapapun.
“Kau sempat menyentuh seseorang bernama
Scuwala, benar?”
“Ya.”
“Dengan membaca itu kau tahu siapa
Senritsu, benar?”
“Ya.”
“Kalau begitu, aku akan langsung saja ...
kau sudah mengerti kan, kalau kau tak akan
bisa berbohong ...
Pertama-tama, aku melarangmu berkomunikasi dengan rekan-rekanmu.” Ucap
Kurapika, “Entah dengan berbicara, kode
rahasia, apapun itu, aku sudah memperingatkanmu. Dan lalu, aku ingin kau
menemui kami, sendirian. Kalau kami mendeteksi sedikit saja gerakan mencurigakan, aku akan membunuh bos
kalian, mengerti? Sekarang, berikan telepon
ini ke salah seorang rekanmu. Tapi, jangan
yang tadi itu.”
Pakunoda lalu menghampiri kembali rekan-
rekannya dan menyerahkan teleponnya pada
Nobunaga, dengan tanpa berbicara.
“Ng? Untukku?” Nobunaga mengambilnya,
“Ya, akan ku dengarkan baik-baik.” Ucap Nobu ke Kurapika.
“Aku akan bertemu dengan Pakunoda, dia
harus sendirian, kalian tetaplah tinggal di
tempat kalian. Kalian semua berkumpulah di
suatu tempat bersama dengan sandera.
Kalau kau sudah mengerti, berikan lagi
teleponnya pada Pakunoda, dan siapkan satu
lagi telepon lain. Aku akan menggunakannya
untuk menghubungi kalian di waktu yang
belum ditentukan. Dan saat itu, kalau ada
yang kurang dari kalian, aku akan membunuh boss kalian.”
“Aku mengerti.” Jawab Nobu.
“Sekarang cepat berikan pada Pakunda.”
“Paku ...” Nobunaga menyerahkan
teleponnya.
“Hallo?”
“Tempat pertemuannya, aku ulangi sekali
lagi, datanglah sendiri, tempatnya adalah ...
Ringo Airport, sebelum jam delapan ini.” Ucap
Kurapika.
Lalu tanpa berpamitan, Pakunodapun keluar
dari hotel, menuju tempat yang dijanjikan.
Shalnark, Phinks, dan Feitan hendak mengikuti. Namun seperti apa yang sudah
disampaikan, Nobunaga menghentikan
mereka, “Tunggu!! Pemuda berantai bilang
agar kita semua kembali ke markas kita, dan
membiarkan Pakunoda pergi sendiri.”
“Apa maksudmu hah? Apa kau sakit? Apa
yang salah denganmu?” Phinks tak mengerti.
“Eh? Kaulah yang tidak mengerti!!!” Nobunaga mencengkram leher baju Phinks,
“Kalau kita mengabaikan perintahnya, dia
akan membunuh ketua!!”
“Kau bisu ya? Kalaupun ia melakukan itu,
selanjutnya kita tinggal membunuhnya.” Ucap Phinks.
“Ketua sendiri bilang begitu kan, Ryodan
adalah prioritas utama.” Tambah Feitan. “Cara berpikirmu, itu bertentangan dengan
Ryodan.”
“Mengikuti Paku adalah hal yang harus kita
lakukan sekarang.”
“Aku setuju.” Ucap Shalnark, “Tak ada artinya
kalau kita membiarkan Paku pergi sendirian.
Kalau kita mengikuti instruksi pemuda
berantai, yang terjadi hanya akan seperti
pada prediksinya.”
“Tapi, aku memiliki pemikiran yang sama
dengan Nobunaga.” Ucap Machi, “Sekarang
ini, kita harus tetap mengikuti kata-katanya.”
“Aku juga.” Ucap Kortopi.
“Sekarang? Sampai kapan? Sampai setengah
dari kita tewas? bagaimana pendapatmu,
Shizuku?”
Tiga Ryodan setuju untuk mengejar, sementara tiga setuju untuk mengikuti
perintah, hanya Shizuku yang belum memberi pendapat.
“Ngomong-ngomong, bertengkar dalam Ryodan itu dilarang kan?” Ucap Shizuku.
“Iya sih, tapi sebelum itu, kami hanya ingin
tahu pendapatmu.” Ucap Phinks.
“Ku rasa, aku setuju dengan Nobunaga.” Ucap
Shizuku.
“Aku tak mau ketua mati sekarang, juga Paku
tentunya ...
Itu juga pasti apa yang dia pikirkan. Kalau
tidak, dia tak akan pergi tanpa kata-kata
seperti itu.”
“Huh, sepertinya memang mustahil untuk
mendiskusikan hal ini ...
Aku ingin menghancurkan segalanya, tapi
Pakunoda adalah yang paling penting sekarang.” Phinks tetap bersikeras.
“Tunggu.” Nobunaga bersiap, “Sekali saja
melangkah lagi, aku akan menarik pedangku.”
“Oh, kau mau mencobanya?” Phinks
menerima tantangan Nobu.
Namun tiba-tiba.
Buakk ...
Shizuku menghantam kepala Nobunaga
dengan penghisap debunya dari belakang
hingga pingsan, “Pertengkaran serius antar
anggota dilarang di Ryodan.” Ucapnya.
“Bukannya kau berada di sisinya ya? Kenapa
kau malah memukulnya?” Phinks tak
mengerti.
“Dengan pendapatnya, ya ...
Tapi tidak dengan melanggar aturannya.
Melanggar aturan sama saja dengan
melanggar Ryodan itu sendiri, dan secara
tidak langsung melanggar ketua. Dan, aku
tak mau melakukan itu.” Ucapnya.
Tuut ...
Tiba-tiba ponsel Shalnark berdering.
“Dari ponsel ketua?”
“Serahkan padaku.” Pinta Phinks.
“Hall...”
“Serahkan teleponnya pada sandera.”
Phinks menyerahkannya pada Killua.
“Apa mereka semua masih disana?”
“Ya.” Jawab Killua, “Mereka sedang berdebat
tentang mengikuti Pakunoda atau tidak.”
“Hallo!?” Phinks mengambil kembali
teleponnya.
“Aku akan menjelaskan sesuatu padamu.”
Ucap Kurapika.
“Disini, kami memiliki seseorang yang bisa
mendeteksi kebohongan. Itu juga kenapa
Pakunoda mau datang dengan tenang saat
aku memintanya. Kalau kau mau, kau bisa
saja melakukannya pada sandera, tapi
sebagai gantinya bos kalian mati, itu saja.
Waktu kalian tiga puluh menit untuk kembali
ke markas kalian.”
Tuuut ...
Kurapika mematikan teleponnya.
“Sial!!”
“Jadi percuma juga kalau kita mengikutinya?”
“Sial!!!”
----- Hunter x Hunter Chapter 115 -----
@[273425049430283:]
Di markas, ketiga Ryodan lainnya telah
menunggu, Franklin, Bonolenov, dan Hysoka,
dan mereka telah mengetahui kabar ini.
“Jadi mereka bertujuh akan kembali kemari
ya ...”
“Kalau kita semua tak berkumpul disini, ketua akan mati ...
Dia menggunakan sandera sebagai penengah.“
“Mereka bukan orang bodoh.” Ucap Franklin.
Sementera itu di sisi Hysoka, “Kalau aku
meninggalkan tempat ini, aku memiliki
kesempatan untuk melawan Kuroro. Tapi
kalau aku tak ada disini, dia akan dibunuh.
Dengan kata lain, aku terjebak disini.” Pikir
Hysoka, dan lalu kemudian mengirim pesan
singkat pada seseorang, Illumi, kakak Killua,
yang isinya kurang lebih, “Aku butuh bantuanmu.”
“Baiklah.” Jawab Illumi, “tapi meskipun aku
sudah mengenalmu jauh sebelum Kuroro, aku
tak akan membantu secara gratis.”
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 116
Jangan Lupa Klik Link diBawah dan Bagikan.
0 komentar: