====================
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 114
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
“Dimana ketua?” Kuroro sudah tak ada.
“Shizuku, urus bocah ini.” Nobunaga
menyerahkan Gon yang ada dicengkramannya pada Shizuku, dan lalu
menghampiri pisau yang menancap di dinding, yang ternyata disana terikat suatu
kertas. Sepertinya tujuan mereka melempar
pisau itu memang bukan untuk melukai,
melainkan untuk mengirim surat.
“Paku, apa kau baik-baik saja?” Machi
bertanya.
“Tangan kiri dan gerahamku retak. Sisanya,
aku baik-baik saja.” Jawab Pakunoda.
“Sama, beberapa rusukku juga patah, kita
sedikit meremehkan mereka.” Machi terus
mencengkram tubuh Killua.
“Ngomong-ngomong, anak-anak itu sungguh
luar biasa.” Pakunoda bersiap untuk
menjelaskan apa yang ia baca, “Mereka
memiliki ...”
“Tunggu.” Tiba-tiba Nobunaga mencegat
Pakunoda.
Teks Version by www.Beelzeta.com
@[273425049430283:]
“Pakunoda, surat ini untukmu.” Setelah
membacanya dengan bantuan cahaya dari
korek, Nobunaga menyerahkan surat itu pada
Pakunoda, surat yang bertuliskan, “Kalau kau
mengatakan apa yang kau baca dari pikiran
mereka, aku akan membunuhnya.”
Deg ...
“Dia melewati pegawai dan menangkap ketua tanpa ada seorangpun yang menyadarinya. Dan seharusnya untuk jarak seperti ini, bahkan dengan serangan sangat cepat sekalipun, harusnya dia butuh sekitar 2-3/10 detik, waktu yang harusnya cukup untuk
ketua bisa menghindarinya.” Berbagai hal
berkecamuk di dalam hati Pakunoda, “Tapi
kegelapan ini, terdapat beberapa kesempatan
untuk bertindak di dalam kegelapan.
Kegelapan ini memperlambat ketua beberapa
persekian detik, dan mencegatnya untuk
menyerang balik. Dia telah menargetkan ini
sejak awal, benar-benar persiapan yang
matang. Tidak, saat aku mengecek kedua
anak itu dan menanyakan pertanyaanku,
yang aku dapat adalah kata-kata seperti jam
tujuh, atau pemadaman listrik, ini bukanlah
rencana yang matang. Itu mustahil! Baru
satu jam sejak kami memutuskan untuk
datang ke hotel ini, aku tak mengerti
bagaimana mereka mengembangkan rencana
yang matang secepat itu. Dan misteri lainnya,
anak-anak itu telah mengenal lama si pemuda berantai. Tapi, kenapa saat pertama kali membaca pikirannya aku tak menemukan apa-apa? Dari apa yang baru saja terjadi, harusnya aku bisa mengerti orang seperti apa Kurapika itu. Cahaya, mampu merefleksikan benda dengan cepat. Ia mencoba untuk menjaga apa yang ia sembunyikan, dan ia memiliki ketenangan yang hebat. Kita tak boleh menganggap remeh ancaman ini. Ia telah mengantisipasi kesempatan kecil yang ada dalam kegelapan. Tapi, kenapa ia meninggalkan pesan ini? Ia menggunakannya sebagai umpan! Salah seorang rekannya bernama Senritsu memiliki kemampuan untuk mendengar ritme perasaan seseorang. Senritsu mampu memberitahu kalau aku akan atau tidak memberitahu rekan-rekanku apa yang aku ketahui. Itulah kenapa dia meninggalkan surat ini. Surat ini adalah kunci semuanya, Kalau aku memberitahu yang lainnya kalau mereka sudah mempelajari apa yang aku tahu, Kurapika akan melihat teman- temannya terbunuh, tapi setelahnya dia akan
membunuh ketua. Dengan kata lain, kedua
anak itu masih berguna untuk kita. Mereka
adalah kesempatan bagi kami untuk bisa
melepaskan ketua, tapi ...”
“Paku, Paku!” Nobunaga memecah lamunan
Pakunoda.
“!?”
“Mulai saat ini, kau tak perlu mengatakan
apapun, mengerti?”
Pakunoda mengangguk.
“Machi, konsentrasilah dengan benangmu,
biar aku yang mengurusnya.” Nobunaga
mengurus Killua.
“Kalau ia meninggalkan surat ini, itu berarti
dia akan menghubungi kita lagi. Sampai saat
itu, kita harus tetap menjaga sandera kita,
mereka bernilai.”
“Kerja bagus, Kurapika, kau melakukannya.”
Pikir senang Gon, meski mereka tertangkap.
“Sebenarnya, aku ingin mengejar mereka,
tapi ...
Kita tak boleh membiarkan anak-anak ini
kabur, dan berpisah terlalu berbahaya ...
Kita akan menunggu Phinks dan yang
lainnya, semuanya tetaplah berjaga. mereka
pergi menggunakan mobil, dan dengan
kemacetan ini, nanti kita masih bisa
mengejarnya.”
“Baik.”
Pakunoda masih terdiam, dan lalu teringat
akan kenangan masa lalu, kenangan saat
Ryodan masih baru dan Kuroro sudah
memimpin ...
----- Flashback -----
“Dalam Ryodan ...
Aku akan menjadi otaknya, sementara kalian
tubuhnya.” Jelas Kuroro.
“Peraturan utamanya adalah tubuh mengikuti
perintah dari otak, tapi ...
Itu tak terikat oleh hidup dan mati. Sebagai
contoh, kalau aku mati, seseorang bisa
dengan mudah menggantikanku. Tergantung
kondisinya, kaki laba-laba kadang lebih
penting dari kepalanya. Tapi, jangan salah
paham. Perintahku adalah prioritas utama,
tapi melindungi diriku bukanlah prioritas. Aku
juga bagian dari Ryodan, apa yang penting
bukanlah aku hidup, tetapi Laba-laba hidup,
jangan lupakan itu.” Ucap Kuroro saat itu.
----- Flashback Berakhir -----
“Kalau kondisinya seperti ini, apa yang harus
aku lakukan?” Dalam hati Pakunoda terus
bertanya, “Kalau aku menjelaskan pada
semuanya mengenai Nen Kurapika dan
kelemahannya, pedang itu, kalau aku
mengatakan ini pada semuanya, tak akan ada lagi pemuda berantai, dan tak akan ada lagi masalah. Tapi sebagai gantinya, kemungkinan ketua mati akan menjadi
semakin tinggi. Uvo mati mungkin untuk
melindungi Ryodan ... Bagaimana hasil
prediksi menganai ketua, sebelum ketua
mencuri kemampuan gadis itu, ia memberitahukan masa depannya kan ...”
“!!!” Pakunoda teringat akan hasil prediksinya sendiri :
Hari yang tidak jelas dimana cahaya sangat
sulit untuk dilalui, Takluk terhadap pilihan yang ada dalam ruangan kecilmu Kebanggaan atau pengkhianatan adalah dua
jawaban yang akan kau temukan sampai dewa kematian datang mengunjungimu.
“Kalau aku berbicara, aku berkhianat, kalau
aku diam, aku berkhianat.” Pikir Paku, “Dan
dewa kematian yang dimaksud, mungkinkah
anak-anak itu? Laba-laba harus tetap hidup.
Ruang kecilku? Mungkinkah maksudnya
adalah otakku? Tidak, aku berpikir terlalu
banyak, ini masih Sabtu dan semua prediksi
itu adalah untuk minggu depan. Berbicara
atau diam? Siapa yang harus hidup? Apa
yang akan kau lakukan kalau kau menjadi
aku, ketua?”
“Paku, percuma saja kalau terus berpikir
dengan keras.” Ucap Machi.
“Tetaplah diam, itu saja.” Pintanya.
“Ya.” Sahut Pakunoda dalam hati, “Ketua, kami masih membutuhkanmu.”
“Phinks, cepatlah datang kemari.” Nobunaga
menghubungi yang lainnya, “Mereka berhasil
menangkap ketua.”
“Meskipun untuk menyelamatkanmu, kami
harus mengkhianati Genei Ryodan.”
----- Hunter x Hunter Chapter 114 -----
Sementara itu, Kuroro telah terikat dan berada dalam mobil bersama Kurapika, Senritsu, dan Leorio.
“Tak perlu khawatir.” Ucap Kurapika ke Leorio
dan Senritsu, “Beberapa dari mereka terluka.
Jadi, mereka tak akan bergerak sampai
bantuan tiba.” Ucapnya. Sementara Kuroro, ia
menatap ke Kurapika.
“Apa yang kau lihat hah?” Kurapika merasa
terganggu.
“Bukan apa-apa, aku hanya tak pernah
berpikir kalau orang yang kami cari-cari
adalah perempuan.” Kuroro mengira Kurapika
perempuan karena ia menyamar menggunakan rambut palsu.
“Aku tak pernah ingat memberitahumu kalau
aku perempuan, jangan melihat sesuatu
hanya dari luarnya saja.” Kurapika melepas
rambut palsunya. “Berhati-hatilah terhadap
kata-katamu, karena mungkin itu akan
menjadi kata terakhirmu.”
“Kau tak akan membunuhku karena kau ingin
teman-temanmu kembali kan?” Kuroro
bertanya.
“Jangan menghasutku, aku tidak sedang
berada dalam posisi tenang.”
“Tenanglah, Kurapika.” Ucap Leorio sambil
menyetir.
“Kh!” Kurapika berusaha menahan amarah.
“Dalam prediksi perempuan itu, hal ini tak
pernah disebutkan ...” Ucap Kuroro, “Yang
berarti, aku tak perlu khawatir. Dengan kata
lain, apa yang kau lakukan sekarang adalah
tindak yang tidak berarti.”
“Apa!!?” Kurapika semakin kesal.
“Kurapika!!”
“Kalau kau membunuhnya, kau harus
berurusan denganku.” Ucap Leorio.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 115
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 114
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
“Dimana ketua?” Kuroro sudah tak ada.
“Shizuku, urus bocah ini.” Nobunaga
menyerahkan Gon yang ada dicengkramannya pada Shizuku, dan lalu
menghampiri pisau yang menancap di dinding, yang ternyata disana terikat suatu
kertas. Sepertinya tujuan mereka melempar
pisau itu memang bukan untuk melukai,
melainkan untuk mengirim surat.
“Paku, apa kau baik-baik saja?” Machi
bertanya.
“Tangan kiri dan gerahamku retak. Sisanya,
aku baik-baik saja.” Jawab Pakunoda.
“Sama, beberapa rusukku juga patah, kita
sedikit meremehkan mereka.” Machi terus
mencengkram tubuh Killua.
“Ngomong-ngomong, anak-anak itu sungguh
luar biasa.” Pakunoda bersiap untuk
menjelaskan apa yang ia baca, “Mereka
memiliki ...”
“Tunggu.” Tiba-tiba Nobunaga mencegat
Pakunoda.
Teks Version by www.Beelzeta.com
@[273425049430283:]
“Pakunoda, surat ini untukmu.” Setelah
membacanya dengan bantuan cahaya dari
korek, Nobunaga menyerahkan surat itu pada
Pakunoda, surat yang bertuliskan, “Kalau kau
mengatakan apa yang kau baca dari pikiran
mereka, aku akan membunuhnya.”
Deg ...
“Dia melewati pegawai dan menangkap ketua tanpa ada seorangpun yang menyadarinya. Dan seharusnya untuk jarak seperti ini, bahkan dengan serangan sangat cepat sekalipun, harusnya dia butuh sekitar 2-3/10 detik, waktu yang harusnya cukup untuk
ketua bisa menghindarinya.” Berbagai hal
berkecamuk di dalam hati Pakunoda, “Tapi
kegelapan ini, terdapat beberapa kesempatan
untuk bertindak di dalam kegelapan.
Kegelapan ini memperlambat ketua beberapa
persekian detik, dan mencegatnya untuk
menyerang balik. Dia telah menargetkan ini
sejak awal, benar-benar persiapan yang
matang. Tidak, saat aku mengecek kedua
anak itu dan menanyakan pertanyaanku,
yang aku dapat adalah kata-kata seperti jam
tujuh, atau pemadaman listrik, ini bukanlah
rencana yang matang. Itu mustahil! Baru
satu jam sejak kami memutuskan untuk
datang ke hotel ini, aku tak mengerti
bagaimana mereka mengembangkan rencana
yang matang secepat itu. Dan misteri lainnya,
anak-anak itu telah mengenal lama si pemuda berantai. Tapi, kenapa saat pertama kali membaca pikirannya aku tak menemukan apa-apa? Dari apa yang baru saja terjadi, harusnya aku bisa mengerti orang seperti apa Kurapika itu. Cahaya, mampu merefleksikan benda dengan cepat. Ia mencoba untuk menjaga apa yang ia sembunyikan, dan ia memiliki ketenangan yang hebat. Kita tak boleh menganggap remeh ancaman ini. Ia telah mengantisipasi kesempatan kecil yang ada dalam kegelapan. Tapi, kenapa ia meninggalkan pesan ini? Ia menggunakannya sebagai umpan! Salah seorang rekannya bernama Senritsu memiliki kemampuan untuk mendengar ritme perasaan seseorang. Senritsu mampu memberitahu kalau aku akan atau tidak memberitahu rekan-rekanku apa yang aku ketahui. Itulah kenapa dia meninggalkan surat ini. Surat ini adalah kunci semuanya, Kalau aku memberitahu yang lainnya kalau mereka sudah mempelajari apa yang aku tahu, Kurapika akan melihat teman- temannya terbunuh, tapi setelahnya dia akan
membunuh ketua. Dengan kata lain, kedua
anak itu masih berguna untuk kita. Mereka
adalah kesempatan bagi kami untuk bisa
melepaskan ketua, tapi ...”
“Paku, Paku!” Nobunaga memecah lamunan
Pakunoda.
“!?”
“Mulai saat ini, kau tak perlu mengatakan
apapun, mengerti?”
Pakunoda mengangguk.
“Machi, konsentrasilah dengan benangmu,
biar aku yang mengurusnya.” Nobunaga
mengurus Killua.
“Kalau ia meninggalkan surat ini, itu berarti
dia akan menghubungi kita lagi. Sampai saat
itu, kita harus tetap menjaga sandera kita,
mereka bernilai.”
“Kerja bagus, Kurapika, kau melakukannya.”
Pikir senang Gon, meski mereka tertangkap.
“Sebenarnya, aku ingin mengejar mereka,
tapi ...
Kita tak boleh membiarkan anak-anak ini
kabur, dan berpisah terlalu berbahaya ...
Kita akan menunggu Phinks dan yang
lainnya, semuanya tetaplah berjaga. mereka
pergi menggunakan mobil, dan dengan
kemacetan ini, nanti kita masih bisa
mengejarnya.”
“Baik.”
Pakunoda masih terdiam, dan lalu teringat
akan kenangan masa lalu, kenangan saat
Ryodan masih baru dan Kuroro sudah
memimpin ...
----- Flashback -----
“Dalam Ryodan ...
Aku akan menjadi otaknya, sementara kalian
tubuhnya.” Jelas Kuroro.
“Peraturan utamanya adalah tubuh mengikuti
perintah dari otak, tapi ...
Itu tak terikat oleh hidup dan mati. Sebagai
contoh, kalau aku mati, seseorang bisa
dengan mudah menggantikanku. Tergantung
kondisinya, kaki laba-laba kadang lebih
penting dari kepalanya. Tapi, jangan salah
paham. Perintahku adalah prioritas utama,
tapi melindungi diriku bukanlah prioritas. Aku
juga bagian dari Ryodan, apa yang penting
bukanlah aku hidup, tetapi Laba-laba hidup,
jangan lupakan itu.” Ucap Kuroro saat itu.
----- Flashback Berakhir -----
“Kalau kondisinya seperti ini, apa yang harus
aku lakukan?” Dalam hati Pakunoda terus
bertanya, “Kalau aku menjelaskan pada
semuanya mengenai Nen Kurapika dan
kelemahannya, pedang itu, kalau aku
mengatakan ini pada semuanya, tak akan ada lagi pemuda berantai, dan tak akan ada lagi masalah. Tapi sebagai gantinya, kemungkinan ketua mati akan menjadi
semakin tinggi. Uvo mati mungkin untuk
melindungi Ryodan ... Bagaimana hasil
prediksi menganai ketua, sebelum ketua
mencuri kemampuan gadis itu, ia memberitahukan masa depannya kan ...”
“!!!” Pakunoda teringat akan hasil prediksinya sendiri :
Hari yang tidak jelas dimana cahaya sangat
sulit untuk dilalui, Takluk terhadap pilihan yang ada dalam ruangan kecilmu Kebanggaan atau pengkhianatan adalah dua
jawaban yang akan kau temukan sampai dewa kematian datang mengunjungimu.
“Kalau aku berbicara, aku berkhianat, kalau
aku diam, aku berkhianat.” Pikir Paku, “Dan
dewa kematian yang dimaksud, mungkinkah
anak-anak itu? Laba-laba harus tetap hidup.
Ruang kecilku? Mungkinkah maksudnya
adalah otakku? Tidak, aku berpikir terlalu
banyak, ini masih Sabtu dan semua prediksi
itu adalah untuk minggu depan. Berbicara
atau diam? Siapa yang harus hidup? Apa
yang akan kau lakukan kalau kau menjadi
aku, ketua?”
“Paku, percuma saja kalau terus berpikir
dengan keras.” Ucap Machi.
“Tetaplah diam, itu saja.” Pintanya.
“Ya.” Sahut Pakunoda dalam hati, “Ketua, kami masih membutuhkanmu.”
“Phinks, cepatlah datang kemari.” Nobunaga
menghubungi yang lainnya, “Mereka berhasil
menangkap ketua.”
“Meskipun untuk menyelamatkanmu, kami
harus mengkhianati Genei Ryodan.”
----- Hunter x Hunter Chapter 114 -----
Sementara itu, Kuroro telah terikat dan berada dalam mobil bersama Kurapika, Senritsu, dan Leorio.
“Tak perlu khawatir.” Ucap Kurapika ke Leorio
dan Senritsu, “Beberapa dari mereka terluka.
Jadi, mereka tak akan bergerak sampai
bantuan tiba.” Ucapnya. Sementara Kuroro, ia
menatap ke Kurapika.
“Apa yang kau lihat hah?” Kurapika merasa
terganggu.
“Bukan apa-apa, aku hanya tak pernah
berpikir kalau orang yang kami cari-cari
adalah perempuan.” Kuroro mengira Kurapika
perempuan karena ia menyamar menggunakan rambut palsu.
“Aku tak pernah ingat memberitahumu kalau
aku perempuan, jangan melihat sesuatu
hanya dari luarnya saja.” Kurapika melepas
rambut palsunya. “Berhati-hatilah terhadap
kata-katamu, karena mungkin itu akan
menjadi kata terakhirmu.”
“Kau tak akan membunuhku karena kau ingin
teman-temanmu kembali kan?” Kuroro
bertanya.
“Jangan menghasutku, aku tidak sedang
berada dalam posisi tenang.”
“Tenanglah, Kurapika.” Ucap Leorio sambil
menyetir.
“Kh!” Kurapika berusaha menahan amarah.
“Dalam prediksi perempuan itu, hal ini tak
pernah disebutkan ...” Ucap Kuroro, “Yang
berarti, aku tak perlu khawatir. Dengan kata
lain, apa yang kau lakukan sekarang adalah
tindak yang tidak berarti.”
“Apa!!?” Kurapika semakin kesal.
“Kurapika!!”
“Kalau kau membunuhnya, kau harus
berurusan denganku.” Ucap Leorio.
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 115
0 komentar: