Senin, 11 Februari 2013

====================
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 111

Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi



Setelah mendengar informasi dari Kurapika,
Scuwala bergegas meninggalkan hotel itu.
Tanpa berkemas-kemas terlebih dahulu,
Scuwala meninggalkan semua barang-
barangnya, kecuali satu yaitu sepasang mata
scarlet. Tanpa tahu kalau mata salinan inilah
yang menyebabkan Genei Ryodan bisa
melacak posisi mereka.
“Ia bergerak.” Ucap Kortopi, yang dapat
merasakan perpidahan dari mata buatannya
itu. “Ia bergerak turun secara perlahan.”

“Hmm, keluar lewat elevator ya?”
“Ayo cepat, ketua!” Nobunaga sudah tak
sabar.
“Dari sini, perburuan telah dimulai ...
Semuanya, bersiaplah pada bagian kalian
masing-masing.” Ucap Kuroro selaku ketua.
“Pakunoda, saat kita bertemu dengannya,
aku ingin kau menanyakan hal mengenai Uvo
padanya.”
“Aku mengerti.” Ucap Pakunoda.
“Selanjutnya, Nobunaga, lakukan sesukamu.”


“Lakukan!” Genei Ryodan mulai serius,
mereka berlari menuju Scuwala dengan
kecepatan yang mengagumkan, begitu cepat
bahkan di tengah ramainya masyarakat yang
ada.
“Mereka berlari menuju hotel! Mereka cepat!”
“Hei, bisakah kau mengejar mereka dengan
mobil ini?” Gon bertanya.
“Lari mereka lebih cepat dari kita yang
memakai mobil.” Ucap Leorio.

Dan lalu tanpa banyak pikir lagi, Kurapika
turun dan mengejar.
“Kurapika!!?”
“Leorio! Tunggu di sini sampai aku memanggilmu!” Kurapika menghadap ke
Leorio, “Eh? Gon!” Tak hanya Kurapika, Gon
juga keluar dari mobil.
“Tunggu, Kurapika!! Aku punya rencana,
tunggu!” Ucap Gon.


“Kurapika!?” Killua menerima telepon
Kurapika, “Aku sedang berada di depan
stasiun bersama Senritsu, mereka berlari
menuju arah barat daya!?”
“Ya! Dan sekarang aku sedang mengikuti
mereka.”
“Apa!!!? Berhenti!! Terlalu banyak resiko yang
ada!!! Bisa-bisa mereka menemukanmu!!.”
Bentak Killua.

Bip ...

“Sial, dia mematikan teleponnya.”


Kurapika dan Gon tak berhenti terus
mengejar. Sementara Ryodan, mereka juga
terus berlari, menembus kerumunan orang
dengan cara berjalan di dinding, begitu
cepat.
“Ta-tadi itu apa ya?” Ucap bingung orang-
orang yang sekilas melihatnya.
“Ninja!! Mereka Ninja!!”

“Arah jam dua, bergerak dengan kecepatan
40km/h.” Jelas Kortopi.
“Hmm, dia pasti naik mobil.”
Dan memang benar, Scuwala telah berada di
mobil dan melesat ...
“Kh, aku benar-benar tak percaya. Aku sudah
memikirkan pekerjaan selanjutnya saat ini
belum berakhir, ku putuskan sekarang juga,
aku berhenti!” Gerutu kesal Scuwala di
mobilnya.


Kembali ke sisi Killua, dirinya menghubungi
Leorio, “Leorio? Dimana Gon?”
“Dia ikut bersama Kurapika! Kurapika
menyuruhku untuk menunggu, tapi aku tak
bisa hanya duduk tanpa melakukan apa-apa!
Aku sedang dalam perjalanan menuju Hotel
Takuru Beach, tapi macetnya sangat parah,
mobilku tak bisa bergerak.”

“Arghh, oke! Kami juga akan mengikuti
mereka!” Ucap Killua dan lalu mematikan
teleponnya, lalu bersama dengan Senritsu
ikut mengejar.
“Arghh!!! Mereka benar-benar membuatku
kesal, membuat keputusan seenaknya.”


“Kita diikuti.” Ucap Kuroro sambil terus berlari.
“Sejak kapan?” Machi tak tahu.
“Sial, kita langsung maju tanpa berhati-hati.”
Ucap Shizuku.
“Dimana!? Dimana pemuda berantai itu!?
Yang di depan atau yang di belakang!?”
Nobunaga menarik pedangnya, “Ketua!?”

“Nobu, Paku, Kortopi, ikuti yang di depan!”
“Baik!” Mereka bertiga tetap berlari
sementara Kuroro, Machi, dan Shizuku
menghentikan langkah dan balik menghadap
ke belakang.

Whusss ...

Kurapika dan Gon tak kalah sigap, buru-buru
mereka melesat berpencar, ke kanan dan ke
kiri.
“Apa kalian melihat mereka?” Kuroro
bertanya.
“Hanya bayangannya, bukan tubuhnya ...
Yang satu berada di balik gang.” Ucap
Shizuku.
“Satunya lagi di balik bin.” Tambah machi,
dan memang benar begitu.
“Ryodan ...
Kemarilah, aku menunggu kalian.” Ucap
Kurapika dalam hati sambil menyiapkan
rantainya.
“Kurapika, jangan!” Teriak Gon dalam hati,
“Kita tak punya kesempatan dalam situasi
seperti ini.” Pikirnya dan lalu akhirnya
memutuskan sesuatu. “Baiklah, dua kali atau
tidak ...”

Srattt ...

Gon keluar dari persembunyiannya dan
menunjukan diri pada Ryodan.
“Gon!?” Dalam hati Kurapika bertanya-tanya.
“Maaf! Aku sudah berjanji untuk tidak
mengikuti kalian lagi, aku benar-benar minta
maaf.” Ucap Gon ke mereka.
“Huh, kau lagi ya?” Machi masih mengenalnya.
“Apa ini bocah yang sering kalian bicarakan
itu?” Kuroro bertanya.
“Ya, dan jumlah mereka berdua. Ayo, satunya
lagi, tunjukan dirimu.”

Set ...

Secara kebetulan, Killua telah sampai dan ia
keluar dari gang ...
“Apa yang kalian inginkan? Para mafia sudah
membatalkan hadiah atas kepala kami.” Ucap Machi, dan sama sekali tak curiga kalau
Kurapika ada disana.
“Eh? Benarkah!? Kenapa begitu!!?” Killua
pura-pura tak tahu.
“Ketua, apa yang harus kita lakukan pada
mereka?”
“Hmm, untuk sementara tetap bawa mereka.” Ucap Kuroro, dan lalu menghubungi
seseorang, “Phinks, ini aku, datanglah ke
hotel Takuru Beach.”
“Apa tidak sebaiknya kita habisi saja mereka?” Saran Machi.
“Tidak, aku percaya terhadap intuisimu.”
Jawab Kuroro. “Kalau mereka benar-benar
memiliki hubungan dengan pemuda berantai,
lebih baik kita tetap membiarkan mereka
hidup.”
“Jangan terlalu mengandalkan intuisiku
seperti itu.”
“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Gon
begitu berani, hendak menanyakan sesuatu
hal pada Kuroro, “Bagaimana kau membunuh
orang-orang yang bahkan tak ada
hubungannya denganmu?”

“...” Kuroro menatap Gon dengan tampang
yang menakutkan, dan lalu menjawab,
“Seperti wajah seorang petarung yang sudah
melambaikan bendera putihnya, tapi
sebenarnya masih tetap siaga untuk
menyerang. Aku heran, barangkali justru
karena mereka tidak memiliki hubungan
dengan kami. Dan berpikir mengenai itu, sulit
untuk bisa menjawabnya. Ekspresi dari motif,
itu bukanlah hal ku ... Tapi jujur, atau biar
aku katakan dengan jelas, disitulah kunci
untuk kesadaran diri terletak.”
“...”
“Siapa orang ini sebenarnya?”
“Kita akan menuju hotel dan menunggu yang lainnya. Kalau mereka mencoba untuk kabur, bunuh mereka.” Ucap Kuroro.
“Baik.” Sahut Machi.

Dan sementara dari kejauhan, Kurapika dan
Senritsu mengamati mereka.
“Inilah jarak yang harus kita pertahankan,
atau kita juga akan terlibat dalam masalah.”
Ucap Senritsu.
“Sial.” Kurapika terlihat benar-benar kesal.
“Tak akan ada yang bisa didapat dengan
kemarahan, Kurapika.”
“Aku tahu itu!”
“Tidak. kau tak tahu! Karena tindakan
cerobohmu, mereka benar-benar ada dalam
masalah.”
“...”
“Mereka membiarkan diri mereka tertangkap,
kau tahu kenapa? Karena jika Ryodan
menangkapmu, tak akan ada seorangpun
yang mampu menghentikan mereka.”
“Maafkan aku.” Akhirnya Kurapika meminta
maaf.
“Fiuh ...” Senritsu sedikit lega.
“Suatu saat pertahanan seseorang akan
melamah, ini hanya masalah waktu.”
“Ya.”
“Lalu, bagaimana dengan Scuwala?”
“Dia tak menjawab panggilanku, ponselnya
pasti ia tinggalkan di hotel.” Ucap Kurapika.

Sementara di tempat Scuwala, mobilnya telah
dihentikan. Pakunoda, Kortopi dan Nobunaga telah berhasil mencegatnya di tengah jalan raya.
“Dia bukanlah orang yang kita cari.” Ucap
Pakunoda.
“Tidak, dia memang salah satu yang ada di
daftar, keluarlah.” Ucap Nobunaga.
“Aku ...
Sampai sekarang, aku berhasil melewatinya
dengan baik.” Ucap Scuwala dalam hati,
sambil perlahan keluar dari mobil.
“Aku berhasil lolos dari sisi neraka berkali-
kali ...
Dan bisa dikatakan itu mengembangkan
suatu intuis,
Intuisi yang berkata padaku kalau tempat
ini ...
Adalah tempat dimana aku akan mati.”

Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 112

Read More....

Read More....

Read More....

Read More....


 
 HUNTER X HUNTER CHAPTER 110




Lima anggota Genei Ryodan ditambah sang
ketua keluar dari persembunyian mereka,
melangkahkan kaki di tengah derasnya hujan
menuju hotel dimana salinan mata scarlet yang Kortopi ciptakan berada, Hotel Takuru Beach.
“Hotel Takuru Beach merupakan salah satu
tempat dimana Nostrade terdaftar kan?”

“Ya, tapi saat Shalnark mengecek situsnya lagi, dikatakan kalau mereka telah check out.”
“Mereka check in lagi di hotel yang sama dengan nama yang berbeda.” Ucap kuroro. “Mereka orang-orang yang pintar.”
Mereka terus bergegas, tanpa curiga kalau
seseorang mengawasi dari kejauhan, Senritsu,
dengan telinganya yang super tajam.
“Suara hujan yang deras benar-benar
mengganggu, tapi ...
Aku masih bisa mendengar ada yang datang dari daerah itu.” Ucapnya ke Killua, yang kini telah berada di sebelahnya.

Teks Version by www.Beelzeta.com
By @[273425049430283:]

“Dari suara langkah kakinya, aku tebak jumlah mereka sekitar lima atau enam orang, dan setidaknya terdapat seorang wanita.” Jelasnya,
sementara Killua juga mencoba fokus
mendengar, namun tak mendapat apa-apa,
“...”

“Lalu, mereka bergerak ke arah yang berlawanan dari kita.” jelasnya lagi.
“Wow!” Ucap kagum Killua, “Gon dan aku sudah banyak berlatih, tapi aku masih belum bisa mendengar apapun.”
“Itu karena mendengar adalah spesialisasiku.” Ucap Senritsu.
Dan lalu mereka bergerak
mengikuti orang-orang itu, dan tentunya sambil menjaga jarak, sangat jauh.
“Kurapika pasti benar-benar berada dalam posisi yang sulit, sampai-sampai mengandalkanmu.” Ucap Senritsu.
“Eh?”
“Biasanya dia melakukan segala sesuatunya
sendiri kan?”
“Ah, iya, kau benar.” Sahut Killua, sambil terus bergerak mengikuti langkah Genei Ryodan dari kejauhan.

“Kau seorang pembunuh kan?” Senritsu
bertanya.
“Eh? Tepatnya mantan, bagaimana kau bisa
tahu?”
“Suara langkah kakimu, meski aku berada di
dekatmu, suara mereka Estinto ...” Dalam musik, istilah Estinto berarti halus sehalus mungkin.
“Ah, ini adalah kebiasaan yang tak bisa aku
hilangkan, melangkah dengan tenang.” Ucap
Killua.
“Kau adalah orang paling tenang yang pernah
aku temui, kau memiliki kemampuan. Aku bisa melihat kenapa Kurapika mengandalkanmu.”
“Huh, aku tak begitu menyukai itu, tapi ...”
“Benarkah begitu? Berhenti!” Mendadak Senritsu menghentikan langkah Killua.

“Mereka kesana, 100 meter dari sini, di akhir dari jalan ini.” Jelas Senritsu sambil menunjuk ke jalan yang dimaksud.
“Kau bisa mendengarnya di tengah keramaian seperti ini??” Killua benar-benar tak habis pikir,
pendengaran Senritsu terlalu tajam baginya.
“Tiap orang memiliki irama langkah masing-
masing, perbedaan yang kadang sangat kecil.” Jelas Senritsu.
“Luar biasa.” Ucap Killua dalam hati, “Dengan
menjaga jarak sejauh ini antara kami dan
mereka, tanpa Zetsupun mereka tak akan
mengetahui kami.”
“Tunggu disana sebentar ya.” Killua memanjat salah satu gedung, “Aku akan melihat target kita dari atas.”
Killua mengamati para Ryodan dari atas gedung itu, dari jarak yang sangat jauh, namun Killua masih mampu melihat mereka berenam dengan cukup jelas. Lalu, iapun menghubungi Gon, yang berada satu mobil dengan Kurapika ...
“Killua?”
“Ya! Seseorang yang kita cari ada disini!” Ucap Killua.

“!?”
“Dan perempuan itu tidak sendiri, jumlah mereka berenam, dan si lelaki berjenggot juga ada disana.”
“...” Gon menelan ludah.
“Juga ada seseorang yang sebelumnya tidak kita lihat ...
Dan aku rasa, ialah ketua yang dimaksud.” Ucap Killua.
“Seperti apa penampilannya?”
“Dia memakai jubah hitam, dengan lambang
salib terbalik di punggungnya.” Meski jarak antara mereka ratusan meter, mata Killua cukup teliti.
“Rambutnya berwarna hitam, dan aku tak bisa melihat wajahnya, hanya bagian belakang tubuhnya. Dan, mereka terlihat sempurna. Tak ada yang bertindak gegabah, pertahanan mereka benar-benar tampak mutlak. Selama mereka masih bersama, kita tak akan punya kesempatan.” Jelas Killua.

“Berikan teleponnya padaku.” Pinta Kurapika dan lalu bertanya lewat ponsel itu, “Dimana kau sekarang?”
“Di depan gedung Motoba, dan mengarah ke
arah barat.” Jelas Killua.
“Hmm.” Kurapika melihat peta, “Mereka pasti
menuju Stasiun, bisakah kalian masuk ke satu kereta dengan mereka?”
“Aku tak begitu yakin. Tapi dengan sedikit
keberuntungan, kami bisa berbaur dengan
kumpulan orang.” Ucap Killua dan akhirnya
bersama dengan Senritsu mengikuti apa yang
Kurapika perintahkan.

“Leorio, ke selatan!”
“Ok!” Leorio memutar mobilnya.



“Senritsu berada di gerbong yang sama dengan mereka, sementara aku tetap menjaga jarakku, kami sedang dalam perjalanan menuju stasiun Kastour.” Jelas Killua.
“Mereka naik kereta yang sama ...”
“Saat kami ditangkap, mereka menggunakan
mobil.” Ucap Gon.
“Mungkin mereka tak mau terjebak kemacetan.” Ucap Leorio.
“Stasiun Kastour ... Mereka menuju pusat kota.” Kurapika mengamat peta yang ia bawa.
“Arah pelelangan memang kesana kan?”
“Arah yang sama dengan hotel kami.” Ucap
Kurapika.



Genei Ryodan turun dari kereta, “Ya, di stasiun Ripa, dan sekarang mereka menuju Saloma Departement Store.” Lapor Killua.
“Cih, aku tak suka ini, disana adalah jalan
menuju hotel kami berada.” Kurapika menutup teleponnya dan lalu menghubungi Scuwala.
“Hallo? Ah, Kurapika, ada apa?” Scuwala
bertanya. Lalu, Kurapikapun menjelaskan
semuanya.
“Apa!!? Mereka tahu kalau kita hanya bertukar ruangan!!?” Buru-buru Scuwala bergegas untuk meninggalkan tempat itu, “Aku harus pergi secepat mungkin, tak ada waktu untuk berkemas, tasnya aku tinggalkan disini saja. Dan, hanya ini yang perlu aku bawa.” Scuwala melihat ke arah mata scarlet yang sesungguhnya hanya
salinan itu, tanpa tahu kalau justru itulah hal
yang mengakibatkan Genei Ryodan bisa melacak mereka.



 
“Kita sudah berada di depan stasiun. Tapi,
tidakkah kau berpikir kalau kita harus menunggu sebentar lagi?”
“Tidak perlu, mereka mungkin bisa merasakan kehadiran kita.” Kurapika bersiap untuk keluar dari mobil.
“Gon, dari sini sampai stasiun itu, itulah batas
dari perimeterku ...
Dalam jarak ini, aku bisa menyerang mereka
tanpa mereka menyadarinya ...
Dari sini, aku bisa mencapai mereka dalam
setengah detik. Dan dengan kemampuan
mereka, sepertinya memang hanya segitu waktu yang bisa kita dapat. Kecuali, mereka
kebingungan.” Ucap Kurapika.
Sementara di kejauhan, para Ryodan telah terlihat ...
“Ryodan.”

Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 111


Read More....

Hunter x Hunter

Posted by : Unknown
0 komentar

Hunter x Hunter Chapter 1

Monster, spesies hewan langka ...
Kekayaan yang terkubur, harta karun ...
Dunia yang belum pernah terjamah ...
Dunia sihir dan orang-orang yang mendapat kekuatan itu, para Hunter ...


Hunter x Hunter Chapter 1 - Hari Keberangkatan

Teks Version by Beelzeta.com

Hari itu di Whale Island, sebuah pulau yang dipenuhi oleh hutan dan hewan-hewan aneh, tampak seorang anak sedang memancing di sebuah danau ...
Tach ...
Umpannya mulai bergetar.
"!!" Anak itu merasakannya, dan ...
"Aku dapat ...
Aku mendapatkannya!!!" Dengan sekuat tenaga ia mengangkat pancing tersebut.
Whussss ...
"Aku mendapatkannya!!!!"
Seekor ikan raksasa terpancing olehnya.

Dengan senangnya, ia berlari sambil mengangkat ikan menuju suatu tempat di desa dimana kerumunan masyarakat terlihat sedang menunggu-nunggu.
"Wooww, dia berhasil" Ucap salah seorang warga.
"Bahkan kita tak bisa menangkapnya dengan lima orang sekalipun ..."
"Aku bahkan sudah berusaha selama 10 tahun untuk mendapatkannya, tapi tak pernah berhasil"
"Anak ini bhenar-benar kuat" Ucap para warga.

"Baiklah, aku telah menangkap rajanya ikan seperti apa yang telah ku janjikan!
Sekarang, kau harus menepati janjimu, Mito-san!!" Ucap si anak ke seorang perempuan bernama Mito-san, bibinya sambil memberinya sebuah surat, surat pernyataan bahwa ia boleh mengikuti ujian hunter.
"..." Mito tampak masih agak ragu untuk menandatangani surat itu, ragu untuk membiarkan keponakannya yang masih kecl itu untuk mengikuti ujian Hunter.

"Ayolah cepat, biarkan dia mengikuti ujian itu" Ucap seorang warga.
"Yeah, aku sangat yakin suatu hari nanti Gon akan menjadi hunter yang sangat hebat" Lanjut yang lain.

"Jangan bicara sembarangan!! Gon masih ..." Mito masih ragu.
"Benar sekali, seseorang tak boleh berbicara sembarangan" Ucap Gon.
"Itu berarti, seseorang tak boleh mengingkari janjinya, iya kan, bi?" Lanjutnya.
Mito terdiam dan akhirnya menandatanganinya.

"Lakukan saja apa yang kau mau" Ucap Mitp danh Kemudian kemudian masuk ke rumahnya.
"terimakasih!!" Gon terlihat sangat senang dan kemudian berlari menuju kantor pos terdekat.

....................

Sementara di dalam rumah, Bibi Mito masih terlihat berat untuk melepas kepergian Gon.
"Darahnya memang mengalir di anak itu ...
Tapi bagaimana bisa?
Aku bahkan tak pernah memberitahu bahwa ayahnya adalah seorang hunter ...
ia juga tak pernah bertanya ..."
"Seseorang pasti telah memberitahunya, atau mungkin karena dia mewarisi keberanian dan kekuatan ayahnya" Ucap seorang wanita tua di sebelah Mito.
"Aku tahu kalau suatu hari ini pasti akan terjadi" Lanjutnya.

"Tak ada alasan untukku menghentikannya ...
Cahaya di matanya, sama yang ada pada ayahnya" Mito teringat akan ayah Gon yang adalah seorang hunter.

....................

Gon terus berlari, menuju pos pengirim surat.
"Maafkan aku bi Mito, sebenarnya, aku telah mengetahuinya dari dulu" Pikir Gon sambil berlari.

Akhirnya, Gon sampai di sebuah pos. Kemudian, iapun memasukan surat tersebut.

Srattt!!!
Semak-semak berguncang, sesuatu dengan cepat menuju ke arah Gon.
"!!!" Seekor binatang sejenis beruang telah berdiri di depan Gon, bersiap-siap untuk menerjangnya.
Sett ...
Hewan itu meloncat ke arah Gon.
Dan ...
Ternyata mereka malah berpelukan.
Sepertinya Gon dan hewan itu berteman baik.

Setelahnya, mereka bahkan pergi memancing.
Sambil memancing, Gon teringat akan masa lalu ...

....................

Tiga tahun sebelumnya ...

"Grrrrrrr!!!!!" Seekor beruang raksasa berdiri sangar di depan Gon yang ketakutan.
Dan di belakang beruang tersebut, terlihat seekor beruang kecil.

Mungkin si induk merasakan kalau Gon berbahaya dan hendak melindungi anaknya.

"Roarrr!!!" Beruang induk bergerak menerkam tubuh Gon.
Namun, sett ...
Tiba-tiba seseorang menahannya dengan pedang yang ia bawa.
"!!!" Gon terkejut, ia bahkan tak kenal dengan lelaki yang menolongnya itu.

"Hmm, seekor Kitsune-Guma dan anaknya ya ...
Aku tak suka melakukan ini, tapi kalau dibiarkan mdia akan menyakiti anak ini" Ia membuka pedang yang tadi masih bersembunyi dibalik pelapisnya.
"Aku harus serius"

Jblasshhh!!!

Ia menebas tewas hewan tersebut.

....................

"Bisakah kau berdiri, nak?" Ia menanyakan kondisi Gon.
"Umm, ya ..." sambil tertatih, Gon mendekat ke arahnya.

Jbuakk!!!

Lelaki tadi memukul kepala Gon.
"Bodoh!!!!
Jangan masuk ke hutan terlarang sembarangan!!!!" Bentaknya.
"Lihat tanda itu!!!" Ia menunjuk goresan cakar yang terukir di pohon.

"Itu adalah tanda daerah kekuasaan Kitsume-Guma!!! Kau bisa melihatnya kan!??
Bahkan hewan-hewan yang melihatnya juga tak akan berani mendekat ...
Apa ayahmu tidak pernah mengajarimu!???" Bentaknya lagi.
"Sial, gara-gara burung itu ...
Coba tadi aku pura-pura tidak peduli dan membiarkannya ...
Membunuh mwmbuatku merasa tidak enak ...
Sudah lama semenjak ..."

"Aku tak punya ayah, juga ibu" Ucap Gon.
"..." Lelaki tadi terdiam.

"Mereka meninggal pada sebuah kecelakaan setelah aku lahir ...
Bibikulah yang merawatku selama ini" Jelas Gon.
"Maafkan aku" Icap lelaki tadi.

"Gunakan ini untuk mengobati lukamu" Ia lalu melempar sebuah bungkusan obat ke Gon.

"Aku akan merawatnya" Gon mengelus anak hewan mirip beruang bernama Kitsume-Guma itu.
"Tidak mungkin ...
Kitsume-Guma tidak suka dipelihara oleh manusia" Ucap si lelaki.
"Nnn" Gon memandangnya dengan tatapan yang tajam.
"!!" Lelaki tadi terkejut.
"Ka-kau ...
Apa nama ayahmu, Jin?"
"..." Untuk sejenak Gon terdiam heran.
"Apa tuan kenal dengan ayahku?" Gon bertanya.

"Sungguh mengejutkan ...
Ada hal yang tak bisa ku jelaskan ...
Aku bahkan tak begitu yakin kenapa aku berkunjung ke tanah kelahiran Jin ..." Lelaki tadi kemudian duduk di sebelah Gon.
"Namaku Kaito, seorang Hunter ...
Aku adalah muridnya Jin" Ia memperkenalkan diri.

"Jin mengajariku cara menjadi hunter dari awal ...
Tes terakhir yang diberikannya padaku adalah untuk menemukannya ...
Tes ini benar-benar lebih sulit dari tes-tes sebelumnya ...
Karena dia itu hunter terhebat yang aku tahu ...
Kalau aku tak menemukannya, aku hanya akan tinggal bosan di kota Shanty, aku tak mau itu" Jelas Kaito sementara Gon terlihat heran dan sedikit kaget.

"Jin belum mati" kata itu semakin membuat Gon kaget.

"Kalau bibimu berbohong padamu, mungkin karena ia tak ingin kau mengikuti jejaknya menjadi seorang hunter ...
Tapi dia tak bisa menghalangimu, aku tahu kau akan menjadi seorang hunter yang hebat ...
Seorang hunter yang hebat, disukai oleh binatang" Ucapnya dan kemudian pergi.

"Umm" beruang kecil tadi melihat ke arah Gon.
".." Gon tersenyum padanya. Dan semenjak itulah, hingga beruang itu tumbuh besar seperti sekarang, mereka berteman.

"Eh?" Gon melihat ke sebuah gantungan kunci bertuliskan XX yang tampaknya dijatuhkan oleh Keito tadi saat berhadapan dengan induk Kitsume-Guma. Kemudian, Gon memungutnya dan masih menyimpannya sampai sekarang.

....................

Flashback berakhir ...

"Yaah ..." Gon tersadar dari lamunannya.
"Kon, mulai sekarang kita akan berpisah" Ucapnya ke Kon, anak Kitsume-Guma tadi yang telah tumbuh besar.
"Karena, aku akan menjadi seorang Hunter" Ucap Gon.

"Suatu ketika seorang hunter akan dihadapkan pada kenyataan untuk melawan binatang ...
Ini pasti akan membuat kebencian antar satu sama lain ...
Karena itulah, binatang yang bersama seorang hunter tak akan bisa hidup di hutan ...
Kon, kau itu raja hutan, aku tak mau membawamu pada masalah ...
Kau mengerti kan?"
"Mmm" Kon terdiam dan kemudian pergi.

"..." Gon diam dan, ia terkejut saat melihat ke depan.
Para hewan telah berdiri berkumpul, sepertinya ingin memberi salam perpisahan.

"Kalian ...
Selamat tinggal!! Jaga diri kalian ya!!!" Gon berlari sambil tersenyum.

Gon terus berlari, menuju ke rumah.

....................

Akhirnya, Gon sampai rumah ...

"kapan kau akan pergi?" Bibi Mito bertanya.
"Awal minggu ini ..." Jawab Gon.
"Ya ...
Apa yang ayahmu lakukan, kau tahu?"
"Ya ..."
"Dia, dia meninggalkanmu saat kau masih bayi"
"..." Gon sedikit terkejut mendengar kejujuran dari Mito.

"Ayahmu tidak peduli denganmu" Ucap Mito.
"Hunter ...
Pasti butuh kerja keras untuk menjadi seorang hunter"
"Gon ...
kau ...
memang benar-benar anaknya" Mito kemudian pergi ke kamarnya.

"Maafkan aku, bi Mito ...
Tapi kau benar, aku adalah anaknya ..." Pikir Gon.

"Tes terakhir yang diberikannya padaku adalah untuk menemukannya ...
Tes ini benar-benar lebih sulit dari tes-tes sebelumnya ...
Karena dia itu hunter terhebat yang aku tahu ..." Gon teringat kata-kata Kaito.

...................

Haripun berlalu ...
Dan kini, Gon telah bersiap.
Ia bahkan telah sampai di pelabuhan.

"Aku akan menemukanmu, ayah"

"Bawalah ini, ini bekal untuk perjalananmu" Para warga melepas keberangkatan Gon dan seorang dari mereka memberinya bungkusan.
"Eh, terimakasih ..."
"Hati-hati ya ..."

"Eh, Gon ..." salah seorang warga menunjuk ke belakang Gon, ke arah Mito yang ternyata datang.
"Eh?" Gon sedikit kaget.

"Bibi Mito ..." Ia kemudian menghampirinya.
"Teriakasih semua yang telah bibi berikan selama ini"
"Gon ...
Maaf, aku berbohong ...
Jin tidak pernah tak peduli terhadapmu ...
Akulah yang telah memisahkanmu dengan ayahmu ...
Aku tak mau kau ..."
"Hmm, aku tahu bibi berbohong"
"Eh?"
"Saat bibi berbohong padaku, bibi tak pernah menatap wajahku"
"Hiks ..." Bibi Mito memeluk Gon.

....................

"Jaga diri ya ...
Aku janji suatu hari nanti akan menjadi hunter yang hebat" Gon telah naik ke kapal dan ia melambai-lambaikan tangan.

Akhirnya, kapalpun berlayar, perlahan meninggalkan jauh Whale Island ...

"Hahaha, hunter yang hebat katamu?" Seorang yang juga penumpang kapal menertawai Gon.
"Kau pasti bercanda ..." Ucapnya.

"Di kapal ini, setiap tahunnya ada banyak orang yang berharap menjadi hunter dari berbagai pelosok Negeri ...
Banyak sekali, tapi hanya beberapa yang menjadi hunter ...
Karenanya, banyak yang ingin saingan mereka berkurang ...
Jadi, saling membunuh antar mereka adalah hal yang biasa ..." Jelasnya. Dan benar saja, terlihat banyak penumpang berwajah sangar di kapal itu.

Sumber : http://www.beelzeta.com/2011/11/hunter-x-hunter-chapter-1.html#ixzz2KaTevtil
Read More....

Copyright © 2012 greed island | Another Theme | Johanes DJ