====================
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 112
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
Scuwala telah berhasil dicegat oleh ketiga
Genei Ryodan. Pakunoda, Kortopi dan
Nobunaga, mereka bertiga memaksa lelaki itu untuk keluar dari mobilnya, guna
mempermudah proses introgasi yang akan
dilakukan oleh Pakunoda.
Pakunoda merangkul Scuwala dari belakang,
sementara dua lainnya hanya melihat sambil
mengawasi kalau-kalau Scuwala memberontak.
“Menggerakan sehelai rambut saja, kau akan
mati.”
Deg ...
Mendadak seluruh keinginan Scuwala untuk
memberontak menjadi lenyap.
Teks Version by www.Beelzeta.com
“Aku akan menanyaimu beberapa pertanyaan, jawablah dengan jujur.” Pakunoda bersiap, dan akhirnya mulai bertanya, “Salah satu rekanmu menggunakan rantai, benar?
Dimana dia berada?”
“Bicara apa kau hah!? Dan, siapa kau!!?”
Scuwala malah membentak, “Aku adalah
anggota klan Nostrade, dan kau pasti tahu
apa ... Aaakhhhhh!!!!!” Kalimat Scuwala
terpotong saat tiba-tiba Pakunoda meremukkan tangannya.
“Jawablah, atau selanjutnya, aku akan
meremukkan tangan kirimu.”
“Aku juga sudah bilang untuk tidak bergerak
kan? Cukup jawab pertanyaannya, bodoh.”
Ucap Nobunaga.
“Apa yang terjadi pada Uvogin? Lelaki
bertubuh besar yang telah kalian tangkap?”
“Apa!? Dia meloloskan diri. Dan setelahnya,
aku tak tahu lagi.”
“Aku akan menanyakannya sekali lagi,
dimana si pengguna rantai berada?”
“Sudah ku bilang kan, aku tidak tahu! Tak
seorangpun dari rekanku menggunakan
rantai!!”
“Pertanyaan terakhir, apakah ada seseorang
disana yang akan merindukanmu?”
“Kalau ada, kenapa juga aku melakukan
pekerjaan seperti ini.”
“Oh, jadi namanya Elisa ya.”
Deg ...
“Kelihatannya dia gadis yang cukup manis.”
Sebenarnya Pakunoda mencari informasi
bukan dari apa yang Scuwala katakan,
melainkan apa yang ia pikirkan. Jadi,
percuma saja Scuwala berusaha untuk
berbohong, karena pikiran tak bisa berbohong.
“Kurang Ajar!!!!!” Teriak Scuwala saat nama
kekasihnya disebut-sebut, ia benar-benar
marah dan kesal, “Kalau kau menyentuhkan
sehelai rambut saja ke kepalanya, aku
akan ...”
Bhurssss!!!
“... Membunuhmu.”
Nobunaga tak tahan lagi, sebelum Scuwala
menyelesaikannya, Nobu menebas kepalanya
hingga putus.
“Sudah ku bilang untuk tidak bergerak kan,
dua kali.”
Di tengah keramaian dan hujan itu, Scuwala
benar-benar terbunuh, dan dengan cara yang
Sangat mengerikan.
“Apa kau mendapat informasi mengenai
pengguna rantai darinya?”
“Tentu saja.” Ucap Pakunoda.
“Aaahhh!!!!! Dia menebasnya!!!” Di sekitar
mereka, orang-orang yang berada di dalam
mobil berteriak panik. “Dia memotong
kepalanya!!!! Cepat panggil polisi!!!”
Ketiga Genei Ryodan tak peduli, dan tetap
fokus pada urusan mereka sendiri.
“Kita akan menghabiskan banyak waktu kalau aku harus menjelaskannya, lebih baik
langsung aku injeksikan saja ingatanku pada
kalian.” Ucap Nobunaga.
“Injeksi?” Nobunaga tak tahu kalau Pakunoda
memiliki kemampuan semacam itu.
“Dengan ini, peluru ingatan.” Pakunoda
mengeluarkan sebuah pistol dan dua butir
peluru.
“Aku akan menembak kalian berdua dengan
ini. Tapi kalau kalian tak mau, ya tak akan aku lakukan.”
“Apa kau bercanda? Cepat, lakukan saja.”
Nobunaga percaya dan bersedia.
Lalu, Pakunodapun menembak kedua kepala
temannya itu.
“Ah!! Kali ini ia menembak rekannya
sendiri!!!”
“Mereka sudah gila ya!!?” Ucap orang-orang.
Sementara itu benar saja, peluru Pakunoda
tak menyebabkan Nobunaga dan Kortopi
terluka, melainkan ingatan yang didapat oleh
Pakunoda mengenai Kurapika tersampaikan
secara otomatis pada pikiran mereka.
Jadi dengan ini, tanpa dijelaskanpun
Nobunaga dan Kortopi bisa mengetahui
informasi itu.
“Aku mengerti ...” Ucap Nobunaga, “Benar-
benar trik yang praktis, jadi seperti itu
rupamu ...
Kurapika.” Nobunaga telah mengetahui wajah, penampilan, dan nama Kurapika.
“Sampai aku bisa membunuhmu, aku tak
akan pernah melupakan nama ataupun
wajahmu!!!” Mereka bertiga kembali
bergegas, membuat orang-orang semakin
kaget.
“Mereka tertembak, tapi mereka masih
hidup.”
“Apa yang sebenarnya terjadi!??” Ucap bingung orang orang yg melihatnya.
Di jalan, Pakunoda memberitahukan informasinya pada ketua melalui ponselnya.
“Orang itu bernama Scuwala, dan ia tak tahu
apa-apa mengenai Uvogin, tapi ...
Sekarang, kami telah mengetahui nama dan
wajah si pemuda berada, walaupun tipe
Nennya belum bisa diketahui.”
“Baiklah, kami akan menunggumu di Hotel.”
Kuroro mematikan ponselnya, dan lalu
menjelaskan yang didengarnya pada yang
lainnya, “Mereka sudah tahu siapa musuh
kita, dan dia hanya memiliki tiga rekan
tersisa, ayo bergegas.” Perintah Kuroro.
Sementara itu, Killua dan Gon masih tertahan
oleh mereka ...
“Aku sudah menjelaskan rencananya pada
Kurapika ...
Di ruang masuk hotel, disana mungkin bisa.
Kurapika pasti bisa melakukannya kalau
disana.” Pikir Gon, “Tapi, masalahnya
adalah ... Kapan? Ditambah, Kurapika tidak
tahu kemana kita akan dibawa. Kalau kita tak
segera memberitahunya, waktunya tak akan
cukup, pasti ada suatu jalan.” Gon berpikir
dengan keras.
“Senritsu pasti sudah mendengarkan
percakapan teleponnya.” Pikir Killua, “Dan ia
pasti sudah menjelaskannya pada Kurapika,
tentang kemana kami akan dibawa. Di Hotel,
dalam kondisi itu, pasti ada suatu jalan. Jalan
untuk merusak perhatian mereka. Dan,
mereka pasti sudah sampai sebelum kita, dan
sudah mempersiapkan semuanya.
Masalahnya memang hanya, kapan waktu
yang tepat? Tanpa adanya kerja sama, ini
mustahil. Aku tak akan mendapat lebih dari
sepersekian detik. Sedikit saja ragu-ragu,
kami akan tamat. Kami butuh waktu yang
tepat agar bisa bergerak bersamaan. Kami
harus memberitahu mereka agar
mempersiapkan rencananya, dan lalu
memutuskan kapan akan dimulai. Kami tak
akan memiliki kesempatan kedua, terlebih
kami sedang berada dalam masalah besar.
Kami harus bisa saling berkomunikasi, atau
semacamnya ...”
Rencana mereka adalah untuk menyergap
Ryodan di dalam ruang masuk Hotel. tapi
masalahnya, kapan waktu yang tepat? Waktu
yang tepat antara Killua dan Gon
mengganggu perhatian mereka dan waktu
Kurapika menangkap. Tanpa ada janjian
terlebih dahulu, hal ini mustahil.
“Mari kita tunggu yang lainnya disini.” Para
Ryodan telah sampai di ruang masuk hotel,
dan Kuroro memerintahkan agar mereka
menunggu, diam berdiri disana.
“Sial, tak ada pembukaan apapun, aku hanya
bisa berharap kalau mereka benar-benar
sudah sampai disini duluan.” Pikir Killua.
“Senritsu, bisakah kau mendengarku?” Killua
berbisik sendiri, berharap Senritsu
mendengarnya. “Kalau bisa, tolong berikan
tanda. Senritsu ... Kalau kau mendengarku,
tolong berikan tanda ... Senritsu! Kalau kau
mendengarku, tolong beri tanda.” Bisiknya
dengan sangat amat pelan.
“Sial, ini seperti ... Tapi, cuma ini satu-
satunya cara.” Killua sempat pesimis. Namun, lagi-lagi ia mencobanya, “Senritsu ...”
“Jadi!!? Apa kau tahu jam berapa sekarang!!?” Dari sisi sebelah mereka
seseorang tiba-tiba saja berteriak, berteriak
pada rekannya yang ada di telepon. Dan
ternyata, ia tak lain adalah Leorio. Leorio
berpura-pura sedang membentak temannya
di telepon padahal sebenarnya memberi
tanda pada Killua dan Gon.
“Bodoh!! Ini Hotel Pantai Takuru, bukan Bay
Rock!! Bagaimana bisa kau membuat
kesalahan seperti itu!!??”
“...” Para Ryodan menatap ke Leorio.
“Ng? Apa-apaan kalian melihatku hah? Mau
berantem?” tantang Leorio, dengan acting
yang meyakinkan.
“Haruskah aku mengurusnya.”
“Tidak, tak usah pedulikan dia.” Ucap Kuroro.
“Apa? Harusnya aku yang bilang begitu!!”
Teriak Leorio lagi ke telepon, “Karena
kebodohanmu, semuanya berjalan salah hari
ini. Hm? Baiklah, kali ini aku maafkan. Tapi,
kau tahu kan apa yang akan aku lakukan
kalau sampai ini terjadi lagi!!? Dengar baik-
baik!!! Aku mau kau kemari tepat pada jam
07:00 nanti!!! Kalau terlambat sedetik saja,
kau akan ku pecat!!”
Killua dan Gon mengerti, waktunya telah
ditentukan, yaitu tepat pada pukul 07:00
nanti.
“Itu sinyalnya, Kurapika mengerti ...
Itu berarti kita akan bergerak di dalam
kegelapan.” Pikir Gon. Sementara Killua, ia
sudah bersiap dengan melemaskan
tangannya yang terborgol.
“Kalau aku bisa menenangkan
pergelanganku, aku bisa melepaskan ini
hanya dalam sekejap, dan aku akan punya
sekitar 7/10 detik untuk menyerang. Ditambah kalau lampunya tiba-tiba mati, mereka akan butuh beberapa detik untuk memfokuskan mata di dalam kegelapan.”
Jam di dinding telah menunjukan pkl 06:55,
5 menit tersisa sebelum aksi mereka
dimulai ...
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 113
Tag
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 112
Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi
Scuwala telah berhasil dicegat oleh ketiga
Genei Ryodan. Pakunoda, Kortopi dan
Nobunaga, mereka bertiga memaksa lelaki itu untuk keluar dari mobilnya, guna
mempermudah proses introgasi yang akan
dilakukan oleh Pakunoda.
Pakunoda merangkul Scuwala dari belakang,
sementara dua lainnya hanya melihat sambil
mengawasi kalau-kalau Scuwala memberontak.
“Menggerakan sehelai rambut saja, kau akan
mati.”
Deg ...
Mendadak seluruh keinginan Scuwala untuk
memberontak menjadi lenyap.
Teks Version by www.Beelzeta.com
“Aku akan menanyaimu beberapa pertanyaan, jawablah dengan jujur.” Pakunoda bersiap, dan akhirnya mulai bertanya, “Salah satu rekanmu menggunakan rantai, benar?
Dimana dia berada?”
“Bicara apa kau hah!? Dan, siapa kau!!?”
Scuwala malah membentak, “Aku adalah
anggota klan Nostrade, dan kau pasti tahu
apa ... Aaakhhhhh!!!!!” Kalimat Scuwala
terpotong saat tiba-tiba Pakunoda meremukkan tangannya.
“Jawablah, atau selanjutnya, aku akan
meremukkan tangan kirimu.”
“Aku juga sudah bilang untuk tidak bergerak
kan? Cukup jawab pertanyaannya, bodoh.”
Ucap Nobunaga.
“Apa yang terjadi pada Uvogin? Lelaki
bertubuh besar yang telah kalian tangkap?”
“Apa!? Dia meloloskan diri. Dan setelahnya,
aku tak tahu lagi.”
“Aku akan menanyakannya sekali lagi,
dimana si pengguna rantai berada?”
“Sudah ku bilang kan, aku tidak tahu! Tak
seorangpun dari rekanku menggunakan
rantai!!”
“Pertanyaan terakhir, apakah ada seseorang
disana yang akan merindukanmu?”
“Kalau ada, kenapa juga aku melakukan
pekerjaan seperti ini.”
“Oh, jadi namanya Elisa ya.”
Deg ...
“Kelihatannya dia gadis yang cukup manis.”
Sebenarnya Pakunoda mencari informasi
bukan dari apa yang Scuwala katakan,
melainkan apa yang ia pikirkan. Jadi,
percuma saja Scuwala berusaha untuk
berbohong, karena pikiran tak bisa berbohong.
“Kurang Ajar!!!!!” Teriak Scuwala saat nama
kekasihnya disebut-sebut, ia benar-benar
marah dan kesal, “Kalau kau menyentuhkan
sehelai rambut saja ke kepalanya, aku
akan ...”
Bhurssss!!!
“... Membunuhmu.”
Nobunaga tak tahan lagi, sebelum Scuwala
menyelesaikannya, Nobu menebas kepalanya
hingga putus.
“Sudah ku bilang untuk tidak bergerak kan,
dua kali.”
Di tengah keramaian dan hujan itu, Scuwala
benar-benar terbunuh, dan dengan cara yang
Sangat mengerikan.
“Apa kau mendapat informasi mengenai
pengguna rantai darinya?”
“Tentu saja.” Ucap Pakunoda.
“Aaahhh!!!!! Dia menebasnya!!!” Di sekitar
mereka, orang-orang yang berada di dalam
mobil berteriak panik. “Dia memotong
kepalanya!!!! Cepat panggil polisi!!!”
Ketiga Genei Ryodan tak peduli, dan tetap
fokus pada urusan mereka sendiri.
“Kita akan menghabiskan banyak waktu kalau aku harus menjelaskannya, lebih baik
langsung aku injeksikan saja ingatanku pada
kalian.” Ucap Nobunaga.
“Injeksi?” Nobunaga tak tahu kalau Pakunoda
memiliki kemampuan semacam itu.
“Dengan ini, peluru ingatan.” Pakunoda
mengeluarkan sebuah pistol dan dua butir
peluru.
“Aku akan menembak kalian berdua dengan
ini. Tapi kalau kalian tak mau, ya tak akan aku lakukan.”
“Apa kau bercanda? Cepat, lakukan saja.”
Nobunaga percaya dan bersedia.
Lalu, Pakunodapun menembak kedua kepala
temannya itu.
“Ah!! Kali ini ia menembak rekannya
sendiri!!!”
“Mereka sudah gila ya!!?” Ucap orang-orang.
Sementara itu benar saja, peluru Pakunoda
tak menyebabkan Nobunaga dan Kortopi
terluka, melainkan ingatan yang didapat oleh
Pakunoda mengenai Kurapika tersampaikan
secara otomatis pada pikiran mereka.
Jadi dengan ini, tanpa dijelaskanpun
Nobunaga dan Kortopi bisa mengetahui
informasi itu.
“Aku mengerti ...” Ucap Nobunaga, “Benar-
benar trik yang praktis, jadi seperti itu
rupamu ...
Kurapika.” Nobunaga telah mengetahui wajah, penampilan, dan nama Kurapika.
“Sampai aku bisa membunuhmu, aku tak
akan pernah melupakan nama ataupun
wajahmu!!!” Mereka bertiga kembali
bergegas, membuat orang-orang semakin
kaget.
“Mereka tertembak, tapi mereka masih
hidup.”
“Apa yang sebenarnya terjadi!??” Ucap bingung orang orang yg melihatnya.
Di jalan, Pakunoda memberitahukan informasinya pada ketua melalui ponselnya.
“Orang itu bernama Scuwala, dan ia tak tahu
apa-apa mengenai Uvogin, tapi ...
Sekarang, kami telah mengetahui nama dan
wajah si pemuda berada, walaupun tipe
Nennya belum bisa diketahui.”
“Baiklah, kami akan menunggumu di Hotel.”
Kuroro mematikan ponselnya, dan lalu
menjelaskan yang didengarnya pada yang
lainnya, “Mereka sudah tahu siapa musuh
kita, dan dia hanya memiliki tiga rekan
tersisa, ayo bergegas.” Perintah Kuroro.
Sementara itu, Killua dan Gon masih tertahan
oleh mereka ...
“Aku sudah menjelaskan rencananya pada
Kurapika ...
Di ruang masuk hotel, disana mungkin bisa.
Kurapika pasti bisa melakukannya kalau
disana.” Pikir Gon, “Tapi, masalahnya
adalah ... Kapan? Ditambah, Kurapika tidak
tahu kemana kita akan dibawa. Kalau kita tak
segera memberitahunya, waktunya tak akan
cukup, pasti ada suatu jalan.” Gon berpikir
dengan keras.
“Senritsu pasti sudah mendengarkan
percakapan teleponnya.” Pikir Killua, “Dan ia
pasti sudah menjelaskannya pada Kurapika,
tentang kemana kami akan dibawa. Di Hotel,
dalam kondisi itu, pasti ada suatu jalan. Jalan
untuk merusak perhatian mereka. Dan,
mereka pasti sudah sampai sebelum kita, dan
sudah mempersiapkan semuanya.
Masalahnya memang hanya, kapan waktu
yang tepat? Tanpa adanya kerja sama, ini
mustahil. Aku tak akan mendapat lebih dari
sepersekian detik. Sedikit saja ragu-ragu,
kami akan tamat. Kami butuh waktu yang
tepat agar bisa bergerak bersamaan. Kami
harus memberitahu mereka agar
mempersiapkan rencananya, dan lalu
memutuskan kapan akan dimulai. Kami tak
akan memiliki kesempatan kedua, terlebih
kami sedang berada dalam masalah besar.
Kami harus bisa saling berkomunikasi, atau
semacamnya ...”
Rencana mereka adalah untuk menyergap
Ryodan di dalam ruang masuk Hotel. tapi
masalahnya, kapan waktu yang tepat? Waktu
yang tepat antara Killua dan Gon
mengganggu perhatian mereka dan waktu
Kurapika menangkap. Tanpa ada janjian
terlebih dahulu, hal ini mustahil.
“Mari kita tunggu yang lainnya disini.” Para
Ryodan telah sampai di ruang masuk hotel,
dan Kuroro memerintahkan agar mereka
menunggu, diam berdiri disana.
“Sial, tak ada pembukaan apapun, aku hanya
bisa berharap kalau mereka benar-benar
sudah sampai disini duluan.” Pikir Killua.
“Senritsu, bisakah kau mendengarku?” Killua
berbisik sendiri, berharap Senritsu
mendengarnya. “Kalau bisa, tolong berikan
tanda. Senritsu ... Kalau kau mendengarku,
tolong berikan tanda ... Senritsu! Kalau kau
mendengarku, tolong beri tanda.” Bisiknya
dengan sangat amat pelan.
“Sial, ini seperti ... Tapi, cuma ini satu-
satunya cara.” Killua sempat pesimis. Namun, lagi-lagi ia mencobanya, “Senritsu ...”
“Jadi!!? Apa kau tahu jam berapa sekarang!!?” Dari sisi sebelah mereka
seseorang tiba-tiba saja berteriak, berteriak
pada rekannya yang ada di telepon. Dan
ternyata, ia tak lain adalah Leorio. Leorio
berpura-pura sedang membentak temannya
di telepon padahal sebenarnya memberi
tanda pada Killua dan Gon.
“Bodoh!! Ini Hotel Pantai Takuru, bukan Bay
Rock!! Bagaimana bisa kau membuat
kesalahan seperti itu!!??”
“...” Para Ryodan menatap ke Leorio.
“Ng? Apa-apaan kalian melihatku hah? Mau
berantem?” tantang Leorio, dengan acting
yang meyakinkan.
“Haruskah aku mengurusnya.”
“Tidak, tak usah pedulikan dia.” Ucap Kuroro.
“Apa? Harusnya aku yang bilang begitu!!”
Teriak Leorio lagi ke telepon, “Karena
kebodohanmu, semuanya berjalan salah hari
ini. Hm? Baiklah, kali ini aku maafkan. Tapi,
kau tahu kan apa yang akan aku lakukan
kalau sampai ini terjadi lagi!!? Dengar baik-
baik!!! Aku mau kau kemari tepat pada jam
07:00 nanti!!! Kalau terlambat sedetik saja,
kau akan ku pecat!!”
Killua dan Gon mengerti, waktunya telah
ditentukan, yaitu tepat pada pukul 07:00
nanti.
“Itu sinyalnya, Kurapika mengerti ...
Itu berarti kita akan bergerak di dalam
kegelapan.” Pikir Gon. Sementara Killua, ia
sudah bersiap dengan melemaskan
tangannya yang terborgol.
“Kalau aku bisa menenangkan
pergelanganku, aku bisa melepaskan ini
hanya dalam sekejap, dan aku akan punya
sekitar 7/10 detik untuk menyerang. Ditambah kalau lampunya tiba-tiba mati, mereka akan butuh beberapa detik untuk memfokuskan mata di dalam kegelapan.”
Jam di dinding telah menunjukan pkl 06:55,
5 menit tersisa sebelum aksi mereka
dimulai ...
Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 113
Tag
0 komentar: