Hunter x Hunter chapter 111

Posted by : Unknown
Senin, 11 Februari 2013

====================
ALUR CERITA HUNTER X HUNTER
====================
Chapter 111

Teks Version by : www.beelzeta.com
Special Thanks : Yoshihiro Togashi



Setelah mendengar informasi dari Kurapika,
Scuwala bergegas meninggalkan hotel itu.
Tanpa berkemas-kemas terlebih dahulu,
Scuwala meninggalkan semua barang-
barangnya, kecuali satu yaitu sepasang mata
scarlet. Tanpa tahu kalau mata salinan inilah
yang menyebabkan Genei Ryodan bisa
melacak posisi mereka.
“Ia bergerak.” Ucap Kortopi, yang dapat
merasakan perpidahan dari mata buatannya
itu. “Ia bergerak turun secara perlahan.”

“Hmm, keluar lewat elevator ya?”
“Ayo cepat, ketua!” Nobunaga sudah tak
sabar.
“Dari sini, perburuan telah dimulai ...
Semuanya, bersiaplah pada bagian kalian
masing-masing.” Ucap Kuroro selaku ketua.
“Pakunoda, saat kita bertemu dengannya,
aku ingin kau menanyakan hal mengenai Uvo
padanya.”
“Aku mengerti.” Ucap Pakunoda.
“Selanjutnya, Nobunaga, lakukan sesukamu.”


“Lakukan!” Genei Ryodan mulai serius,
mereka berlari menuju Scuwala dengan
kecepatan yang mengagumkan, begitu cepat
bahkan di tengah ramainya masyarakat yang
ada.
“Mereka berlari menuju hotel! Mereka cepat!”
“Hei, bisakah kau mengejar mereka dengan
mobil ini?” Gon bertanya.
“Lari mereka lebih cepat dari kita yang
memakai mobil.” Ucap Leorio.

Dan lalu tanpa banyak pikir lagi, Kurapika
turun dan mengejar.
“Kurapika!!?”
“Leorio! Tunggu di sini sampai aku memanggilmu!” Kurapika menghadap ke
Leorio, “Eh? Gon!” Tak hanya Kurapika, Gon
juga keluar dari mobil.
“Tunggu, Kurapika!! Aku punya rencana,
tunggu!” Ucap Gon.


“Kurapika!?” Killua menerima telepon
Kurapika, “Aku sedang berada di depan
stasiun bersama Senritsu, mereka berlari
menuju arah barat daya!?”
“Ya! Dan sekarang aku sedang mengikuti
mereka.”
“Apa!!!? Berhenti!! Terlalu banyak resiko yang
ada!!! Bisa-bisa mereka menemukanmu!!.”
Bentak Killua.

Bip ...

“Sial, dia mematikan teleponnya.”


Kurapika dan Gon tak berhenti terus
mengejar. Sementara Ryodan, mereka juga
terus berlari, menembus kerumunan orang
dengan cara berjalan di dinding, begitu
cepat.
“Ta-tadi itu apa ya?” Ucap bingung orang-
orang yang sekilas melihatnya.
“Ninja!! Mereka Ninja!!”

“Arah jam dua, bergerak dengan kecepatan
40km/h.” Jelas Kortopi.
“Hmm, dia pasti naik mobil.”
Dan memang benar, Scuwala telah berada di
mobil dan melesat ...
“Kh, aku benar-benar tak percaya. Aku sudah
memikirkan pekerjaan selanjutnya saat ini
belum berakhir, ku putuskan sekarang juga,
aku berhenti!” Gerutu kesal Scuwala di
mobilnya.


Kembali ke sisi Killua, dirinya menghubungi
Leorio, “Leorio? Dimana Gon?”
“Dia ikut bersama Kurapika! Kurapika
menyuruhku untuk menunggu, tapi aku tak
bisa hanya duduk tanpa melakukan apa-apa!
Aku sedang dalam perjalanan menuju Hotel
Takuru Beach, tapi macetnya sangat parah,
mobilku tak bisa bergerak.”

“Arghh, oke! Kami juga akan mengikuti
mereka!” Ucap Killua dan lalu mematikan
teleponnya, lalu bersama dengan Senritsu
ikut mengejar.
“Arghh!!! Mereka benar-benar membuatku
kesal, membuat keputusan seenaknya.”


“Kita diikuti.” Ucap Kuroro sambil terus berlari.
“Sejak kapan?” Machi tak tahu.
“Sial, kita langsung maju tanpa berhati-hati.”
Ucap Shizuku.
“Dimana!? Dimana pemuda berantai itu!?
Yang di depan atau yang di belakang!?”
Nobunaga menarik pedangnya, “Ketua!?”

“Nobu, Paku, Kortopi, ikuti yang di depan!”
“Baik!” Mereka bertiga tetap berlari
sementara Kuroro, Machi, dan Shizuku
menghentikan langkah dan balik menghadap
ke belakang.

Whusss ...

Kurapika dan Gon tak kalah sigap, buru-buru
mereka melesat berpencar, ke kanan dan ke
kiri.
“Apa kalian melihat mereka?” Kuroro
bertanya.
“Hanya bayangannya, bukan tubuhnya ...
Yang satu berada di balik gang.” Ucap
Shizuku.
“Satunya lagi di balik bin.” Tambah machi,
dan memang benar begitu.
“Ryodan ...
Kemarilah, aku menunggu kalian.” Ucap
Kurapika dalam hati sambil menyiapkan
rantainya.
“Kurapika, jangan!” Teriak Gon dalam hati,
“Kita tak punya kesempatan dalam situasi
seperti ini.” Pikirnya dan lalu akhirnya
memutuskan sesuatu. “Baiklah, dua kali atau
tidak ...”

Srattt ...

Gon keluar dari persembunyiannya dan
menunjukan diri pada Ryodan.
“Gon!?” Dalam hati Kurapika bertanya-tanya.
“Maaf! Aku sudah berjanji untuk tidak
mengikuti kalian lagi, aku benar-benar minta
maaf.” Ucap Gon ke mereka.
“Huh, kau lagi ya?” Machi masih mengenalnya.
“Apa ini bocah yang sering kalian bicarakan
itu?” Kuroro bertanya.
“Ya, dan jumlah mereka berdua. Ayo, satunya
lagi, tunjukan dirimu.”

Set ...

Secara kebetulan, Killua telah sampai dan ia
keluar dari gang ...
“Apa yang kalian inginkan? Para mafia sudah
membatalkan hadiah atas kepala kami.” Ucap Machi, dan sama sekali tak curiga kalau
Kurapika ada disana.
“Eh? Benarkah!? Kenapa begitu!!?” Killua
pura-pura tak tahu.
“Ketua, apa yang harus kita lakukan pada
mereka?”
“Hmm, untuk sementara tetap bawa mereka.” Ucap Kuroro, dan lalu menghubungi
seseorang, “Phinks, ini aku, datanglah ke
hotel Takuru Beach.”
“Apa tidak sebaiknya kita habisi saja mereka?” Saran Machi.
“Tidak, aku percaya terhadap intuisimu.”
Jawab Kuroro. “Kalau mereka benar-benar
memiliki hubungan dengan pemuda berantai,
lebih baik kita tetap membiarkan mereka
hidup.”
“Jangan terlalu mengandalkan intuisiku
seperti itu.”
“Boleh aku bertanya sesuatu padamu?” Gon
begitu berani, hendak menanyakan sesuatu
hal pada Kuroro, “Bagaimana kau membunuh
orang-orang yang bahkan tak ada
hubungannya denganmu?”

“...” Kuroro menatap Gon dengan tampang
yang menakutkan, dan lalu menjawab,
“Seperti wajah seorang petarung yang sudah
melambaikan bendera putihnya, tapi
sebenarnya masih tetap siaga untuk
menyerang. Aku heran, barangkali justru
karena mereka tidak memiliki hubungan
dengan kami. Dan berpikir mengenai itu, sulit
untuk bisa menjawabnya. Ekspresi dari motif,
itu bukanlah hal ku ... Tapi jujur, atau biar
aku katakan dengan jelas, disitulah kunci
untuk kesadaran diri terletak.”
“...”
“Siapa orang ini sebenarnya?”
“Kita akan menuju hotel dan menunggu yang lainnya. Kalau mereka mencoba untuk kabur, bunuh mereka.” Ucap Kuroro.
“Baik.” Sahut Machi.

Dan sementara dari kejauhan, Kurapika dan
Senritsu mengamati mereka.
“Inilah jarak yang harus kita pertahankan,
atau kita juga akan terlibat dalam masalah.”
Ucap Senritsu.
“Sial.” Kurapika terlihat benar-benar kesal.
“Tak akan ada yang bisa didapat dengan
kemarahan, Kurapika.”
“Aku tahu itu!”
“Tidak. kau tak tahu! Karena tindakan
cerobohmu, mereka benar-benar ada dalam
masalah.”
“...”
“Mereka membiarkan diri mereka tertangkap,
kau tahu kenapa? Karena jika Ryodan
menangkapmu, tak akan ada seorangpun
yang mampu menghentikan mereka.”
“Maafkan aku.” Akhirnya Kurapika meminta
maaf.
“Fiuh ...” Senritsu sedikit lega.
“Suatu saat pertahanan seseorang akan
melamah, ini hanya masalah waktu.”
“Ya.”
“Lalu, bagaimana dengan Scuwala?”
“Dia tak menjawab panggilanku, ponselnya
pasti ia tinggalkan di hotel.” Ucap Kurapika.

Sementara di tempat Scuwala, mobilnya telah
dihentikan. Pakunoda, Kortopi dan Nobunaga telah berhasil mencegatnya di tengah jalan raya.
“Dia bukanlah orang yang kita cari.” Ucap
Pakunoda.
“Tidak, dia memang salah satu yang ada di
daftar, keluarlah.” Ucap Nobunaga.
“Aku ...
Sampai sekarang, aku berhasil melewatinya
dengan baik.” Ucap Scuwala dalam hati,
sambil perlahan keluar dari mobil.
“Aku berhasil lolos dari sisi neraka berkali-
kali ...
Dan bisa dikatakan itu mengembangkan
suatu intuis,
Intuisi yang berkata padaku kalau tempat
ini ...
Adalah tempat dimana aku akan mati.”

Bersambung ke Hunter x Hunter Chapter 112

0 komentar:

Copyright © 2012 greed island | Another Theme | Johanes DJ